“Saat langit semakin pekat, kamu dengar? Lalu aku akan menghampirimu disana.” Maaf, sayang. Aku sudah terlebih dahulu berjanji dengan waktu. Tunggulah, lalu akan ku pastikan penantianmu takkan sia-sia. Langkahku gontai menghadapi pagi. Aku memulai dengan menghabiskan beberapa jam meratapi matahari yang tampak tidak adil. Sinarnya yang terlihat semakin angkuh dibanding hari sebelumnya. Ia menyorotkan kilau tajam, melucuti tubuh hidup yang mati. Menyapu gelap dengan perlahan. Mendaratkan kehangatan yang buatku bak minyak mendidih. Menakutkan.
You choose the wrong site.