Langsung ke konten utama

Sedikit Tentang Ujian



Hay, udah lama banget gue ngga update ini blog. Mungkin ada sekitar 3 bulan blog ini gue telantarin gitu aja. Iya gue ngelanggar komitmen yang udah gue buat saat pertama kali ngebikin blog ini. Tapi gue juga gatau kenapa dalam tempo 3 bulan belakangan gue sama sekali ngga punya ide buat nulis apapun disini. Huft.

Memasuki pertengahan April cantik ini, bulan bersejarah buat gue dan semua orang yang udah pernah lulus dari SMA atau sederajat. You know why? Karena beberapa hari di bulan ini bakal terjadi ‘pertikaian’ antara murid dan beberapa lembar kertas, yang mereka katakan sebagai parameter 3 tahun lo di sekolah itu. Udah tau kan? Yup, Ujian Nasional (UN) tingkat SMA. Momok menyeramkan bagi sebagian murid, tanpa terkecuali gue (dulu). Suatu moment, yang selalu bisa menyulap si pemalas  jadi kutu buku, si murid berandal jadi alim, dan lain lain. Yahh walaupun temporer.




Tapi gue serius, Ujian Nasional udah jadi magis tersendiri buat kebanyakan murid. Mereka menempuh semua cara yang mereka tau tanpa terkecuali. Dari cara-cara yang mereka pake buat melewati UN itu punya tipe murid tersendiri. Oleh karena
gue orangnya anti mainstream jadi tipe yang gue sebutin bakal beda. Tipenya adalah realistis, mistis, apatis, skeptis, oportunis dan pragmatis. Oke bakal gue jabarin satu persatu tipe ini. Tapi semua berdasar pengamatan gue aja loh. Mhehe


  • Realistis
Well, tipe ini yang jadi pedoman buat para murid normal. Iya, mereka yang pikirannya belum terkontaminasi sama zat zat destruktif. Mereka yang bertipe ini biasanya mayoritas dari para murid. Tipe realistis selalu mendominasi murid yang nilai nya rata rata di atas murid bertipe lain. Pola pikir mereka yang rasional ngebuat mereka tau apa yang harus mereka lakukan. Sangat sederhana, kalo mereka mau lulus artinya mereka harus belajar. Dan mereka benar.


  • Mistis
Dari namanya aja gue yakin lo udah tau ini tipe murid seperti apa. Kebalikan dari tipe realistis, tipe mistis jadi minoritas para murid. Yaa tipe mistis, adalah cara dimana seorang murid mau lulus UN dengan menggunakan  kekuatan negatif. Biasanya sih mereka ke dukun, tapi di zaman modern ini ngga ada yang mau dibilang dukun karena konotasi nya negatif banget. Jadi sekarang mereka pake nama orang pinter. Gue gatau mereka lulusan mana sampe bisa dibilang orang pinter. Ckck

Tapi yang gue heran di zaman globalisasi ini masih ada aja yang pake cara primitif ini. Dan buat dapet kekuatan negatif ini caranya ngga gampang, biasanya sih ada aja pantangannya. Hasilnya? Hahaha


  • Apatis
Mereka hadir diantara para murid, manusia dengan typical cuek mampus. Walaupun sangat langka, tapi mereka ada. Pas di kelas mereka duduk di paling depan atau paling belakang, itu posisi favorit mereka. Biasanya mereka murid pindahan yang gagal beradaptasi dengan kelas, atau para korban bully yang desperate level akhir. Disaat temen-temennya yang lain belajar mati-matian buat menghadapi UN. Si apatis ini malah ngga mikirin hal itu dan menganggap UN itu kaya ujian biasa yang kalo mereka gagal bisa remedial sesuka hati. “UN? Peduli amat.”

  • Skeptis
“Aduhh  sebentar lagi mau UN, gimana kalo gue ngga lulus. Gimana kalo soalnya susah semua. Gimana kalo pengawasnya killer. Gimana kalo gue ngga bisa.” - Fitri 18 Tahun, Juara Umum 3 tahun di SMA.
Bahkan seorang murid yang bisa dibilang jenius bisa aja bertipe skeptis. Tipe yang sering kali berfikiran negatif dan selalu menganggap semuanya sulit. Padahal mereka bisa, dan sangat berkapasitas. Biasanya murid yang bertipe skeptis ini semangat belajarnya tinggi banget. Tapi semua balik lagi ke muridnya, dan bukan jadi jaminan kalo mereka bakal semangat banget ya.


  • Oportunis
Tipe murid cerdik yang punya 1002 akal ini selalu bisa membaca situasi. Seorang oportunis sejati tau beberapa bulan menjelang UN dia harus mencari kongsi berpengaruh kuat. Untuk bisa melewati UN dengan cara yang relatif mudah pastinya. Sasaran dia tidak lain dan tidak bukan adalah kelompok murid dengan IQ berlebih yang selalu menghabiskan waktu istirahat di perpustakaan sekolah. Saat bersama dengan kelompok itu, dia jadi bisa lebih mudah memahami apa yang harus dia hadapi. Yaa, murid oportunis masih menjadi tipe yang populer.


  • Pragmatis
Wooow, tipe yang familiar buat para penghuni  kelas khususnya yang duduk di deretan belakang. Tipe yang satu ini selalu jadi alternatif, dan bisa dikombinasi dengan tipe-tipe sebelumnya. Berhubung gue abis nonton Harry Potter, jadi yang gue jabarin disini cukup yang tipe murninya aja bukan campuran. Pragmatis adalah murid yang selalu mementingkan hasil akhir, dalam kasus ini UN. Mereka yang masuk golongan murid pragmatis ditandai dengan sifat malas yang mendarah daging, mereka selalu mencari jalan pintas untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, MENCONTEK.


Gue ingetin lagi ya, tipe-tipe yang gue bikin ini bukan berdasar dari riset yang valid dan cuma berdasar dari pengamatan gue secara pribadi sama temen temen gue(dulu). Entah lo masuk ke tipe apa, tapi semua murid pasti punya satu tujuan yang sama. Yaitu lulus dengan nilai yang memuaskan.
Tanggal nya juga lagi cantik banget nih, 14-04-14. Biasanya tanggal yang cantik ini jadi fenomena buat kalangan remaja alias ababil a.k.a ABG labil. Mulai dari (gue males nyebutnya) jadian, meresmikan geng-geng kelas teri mereka, bahkan juga sebagai  tanggal putus. Untuk yang terakhir gue gatau apa yang jadi motivasi mereka. Dan gue salah satunya, tapi bukan dengan hal yang gue sebutin diatas. Tapi dengan kembali meng-Update blog tercinta ini. Hehe.

K! See you when i see you.

Komentar

  1. Prediksi Togel HK Mbah Bonar 12 Januari 2020 Ayo Pasang Angka Keberuntunganmu Disini Gabung sekarang dan Menangkan Ratusan Juta Rupiah !!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.