Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

Distorsi Parsial

"Bagaimana?" Sebuah tanya terlempar dari mulut Perempuan yang sedang berdiri di depanku. "Ketika semuanya sudah bereaksi maksudmu? Kalau begitu biar aku jelaskan terlebih dahulu. Mengenai falsafah, makna asas, dan apa yang melatarbelakanginya." Satu helaan nafas panjang, lalu aku mulai merapalkan jawaban yang dia pinta. "Setuju atau tidak, aku berteori bahwa setiap dari seseorang selalu mempunyai seseorangnya masing-masing. Berkaca dari hakikat kita sebagai makhluk sosial dan kebutuhan diri dari masing-masing individu yang aku yakini semua orang bisa sepakat. Entah seseorang itu hidup pada dunia nyata, dunia fiksi, dunia mimpi. atau dunia lainnya. Manusia selalu punya seminimalnya satu orang sebagai pegangan dalam kehidupan ini. Tidak mesti hidup, matipun bukan persoalan. Selama ikatan yang dimiliki terus terjalin dengan sempurna. Tidak melulu harus tetap pada satu, berganti-ganti merupakan hal wajar jika kiranya sudah tidak ada lagi yang bisa dipert

Evlipse

Selepas menonton salah satu film paling sensasional di tahun 2018 beberapa hari lalu aku sepakat untuk menambahkan satu tempat lagi sebelum mengarah pulang. Tuntutan hawa malam yang cukup dingin dan keadaan perut yang ramai memaksa diriku untuk mencari sesuatu untuk bisa dijejalkan ke dalam. Dan yaa, rumah makan merupakan solusi paling manjur saat itu. Jalanan sepi, memang sudah agak larut. Di Kota ini sulit untuk menemukan penjual makanan pada jam 22.30 di pertengahan minggu. Banyak ruko dengan spanduk bergambar makanan sudah tertutup rapat. Ada beberapa tenda penjaja nasi goreng, pecel lele dan pecel ayam, tapi malam itu aku sedang tidak ingin makan nasi. Jadilah aku urung mampir ke lapak mereka. Setelah agak lama menyusuri jalan secara perlahan guna mengantisipasi pedagang di kiri kanan jalan. Tepat sebelum kendaraan ini sampai tempat berpulang beberapa puluh meter lagi. Secercah harapan samar-samar nampak berkilauan dari kejauhan. Di depan terlihat penjual bakso bandung yan

88/90

Friksi menjadi berarti bagi sejumput rumput kering dan sebongkah kecil batu demi memercikan sedikit. Hanya sedikit untuk dapat membakar habis seluruh apapun yang berada disana.

87/90

Belum berani menyaksikan rintik pertama bersama. Ketakutanku beralasan. Karena jika rintik kedua dan seterusnya kembali, pastilah semua hanya mengisahkan tentang rintik pertama.

86/90

Entah harus mengingkari seluruh diksi yang telah tertuang penuh pada lembar-lembar keterbatasan, atau menciderai arti dari pemahaman yang telah mengakar sedemikian.

85/90

Lukisan sempurna yang telah disana dalam kurun waktu yang lama, hingga sekarang menanti penyempurnanya. Menunggu dengan sabar sampai saatnya ia datang nanti.

84/90

"Untuk apa?" Pukul 1 larut malam, sahabatku melempar pertanyaan disela keseriusannya dalam menghabiskan Frappucino. Juga, setiap kali seseorang bertanya seperti itu. Segera langsung aku jawab tanpa perlu pertimbangan dan pemikiran panjang. "Tentu saja, untukku."