Langsung ke konten utama

Diluar Hal Biasa

Jika kita gampang terkesan sama orang lain. Terutama sama temen atau sahabat di lingkungan sekitar. Gue berani bilang kalo penyebab hal itu ada 3. Entah standar kesan kita yang kelewat rendah, kita yang dikelilingi sama orang-orang luar biasa yang dengan mudah bisa membuat kita terkesan, atau terakhir. Jika kita bisa melihat lebih dalam.


Gue mengalami hal itu. Momen-momen mengesankan dengan intensitas yang cukup sering yang seliweran dengan sangat tidak sopan di kehidupan gue. Tapi ini dalam artian yang positif ya. Bukan mengesankan dalam hal yang negatif.


Ciri-ciri momen berkesan buat gue adalah saat gue mendecakkan kata “WAH” dengan panjang 5 harokat dalam hati. Juga saat ngeliat temen gue ngelakuin sesuatu yang bisa bikin gue bilang, “How could you do that?
You're fuckin' awesome.”. Atau saat gue dengan tanpa sadar merasa panik sendiri saat mereka naik satu level diatas gue. Gue mengalami hal itu.


Berdasarkan berbagai pertimbangan. Gue ini bisa dikategorikan sebagai orang yang mudah terkesan. Dan seperti yang  gue bilang di paragraf pertama. Kalo penyebabnya  cuma ada 3. Berhubung gue paham betul sama standarisasi diri gue sendiri. Standar gue tinggi, serius. Itu artinya pilihan pertama langsung gue coret. Dan lingkungan gue kalo dipikir-pikir juga ngga terlalu banyak orang hebat. Pilihan kedua juga gue coret. Yang mana artinya gue hanya punya satu pilihan tersisa. Iya bener. Gue harus mengakuinya kalo;


“Gue dikelilingi orang-orang yang biasa, yang melakukan tindakan biasa yang luar biasa. Dan bermakna lebih jika kita mau melihatnya lebih dalam.”


Kalo lo bingung itu masuk ke pilihan yang mana. Biar gue terangkan kalo paragraf diatas adalah definisi singkat pilihan ketiga. Yaitu jika kita bisa melihat lebih dalam.


Kalimat itu menyatakan dengan sangat gamblang kalo kita mudah terkesan, tapi hanya jika kita mau dan bisa melihat ke tempat yang mana tidak banyak orang yang bisa melihatnya. Kita harus menyelam lebih dalam, beberapa ratus meter lagi dalam cerita mereka. Dimana jarak pandang sangat minim dan terbatas. Dan tidak banyak orang yang bisa menembus lapisan itu.


Cuma sedikit orang yang mau berlama-lama berkutat di area itu. Karena cukup melelahkan dan butuh banyak waktu. Tapi jika kita sudah disana, percaya sama gue. Banyak ‘harta’ yang bisa kita bawa pulang. Oleh-oleh berharga untuk kelangsungan hidup kita nantinya.


Dengan lantang gue berani katakan jika mereka hebat. Mereka inspirator yang begitu dekat. Motivator tanpa sertifikat. Manusia dengan begitu banyak bakat. Kawan sejawat pemicu semangat. Dan begitu banyak pujian lain yang setingkat. Gue mengagumi mereka semua. Sungguh.


Kalo aja bisa, gue bakal sebutin nama mereka beserta apa yang udah mereka lakukan. Kalo aja... Sayangnya gue sungkan, bakal repot kalo yang gue tulis itu baca blog gue. Hehe.


Yang membuat mereka begitu mengesankan buat gue? Banyak. Bahkan hal kecil sekalipun. Ngga perlu hal besar dan menakjubkan kok untuk membuat orang terkesan. Kita ngga perlu liburan ke Kutub Utara atau beli Lamborghini Aventador. Yaa gue akuin, kalo kita bisa ngelakuin kedua hal itu kita pasti dengan mudah bisa mempercantik citra kita dihadapan siapapun. Tapi itu hal besar dan terlalu menakjubkan. Sulit.


Untuk mengesankan orang lain, kita bisa memulainya dari sesuatu yang sederhana. Seperti yang teman dan sahabat gue sering lakukan. Tapi sederhana yang gue maksud ngga sesederhana yang kalian kira. Gimana ya. Ibarat kaya tukang gulali yang bentuknya macem-macem yang suka jualan di depan SD. Mungkin bagi orang biasa yang mereka lakuin itu hal sederhana, ngga berguna, dan gampang. Tapi gue ngeliatnya beda. Ada seni disitu, ada keterampilan dari Si Abangnya dalam mengubah gulali panas jadi berbentuk sedemikian rupa yang mempunyai nilai ekonomis dan artistik. Sederhana tapi ngga sesederhana itu bukan? Hal sederhana bagi orang lain, tapi terlihat keren di mata gue.


Kira-kira contohnya begitu.


Selalu ada lebih dari satu sudut pandang dalam setiap hal. Dan dari setiap itu kita bisa ngambil berbagai pelajaran juga. Oh ya, gue suka menganalisis. Apapun itu. Terlebih situasi atau kejadian. Sedikit banyak ‘hobi’ itu yang ngasih gue ide dan pemikiran lain dari biasanya. Dan membuat gue gampang terkesan tentunya.


Walaupun gue tau maksud mereka bukan mau mengesankan siapapun. Tapi gue selalu punya perspektif lain. Dengan cara berfikir detail, juga satu langkah kedepan serta kebelakang. Gue bisa mengambil pelajaran dari cerita mereka. Seringnya sih gue mencuri hal tersirat yang bahkan ngga pernah mereka masukkan dalam daftar obrolan. Gue mengupas suatu cerita ke bagian-bagian yang lebih kecil. Lebih rumit. Lebih kompleks. Tapi semua itu menyenangkan. Gue menikmati cara gue berfikir. Perspektif spekulatif yang bukan seluruhnya fiktif.


Mereka berbicara, gue mendengarkan, lalu berfikir. Begitu urutannya, dan akan terus seperti itu. Untung aja zodiak gue Virgo. Orang yang berzodiak Virgo ini biasanya jenis orang yang bisa mendengarkan cerita dengan sangat baik. Dan, ya, gue begitu. Gue penikmat cerita. Seseorang yang mengagungkan alur. Mengagumi setiap letak pencapaian yang mereka raih dalam kisah mereka. Pendengar yang luar biasa menakjubkan. Mengambil esensi, dan mencoba menjadi beberapa orang yang terlibat dalam cerita tersebut.


Oleh sebab itulah gue masuk tipe orang yang gampang terkesan. Oleh mereka.


Dan ada satu orang yang sepertinya harus sedikit gue singgung di postingan kali ini. Khusus untuk wanita itu, gue bakal bikin tulisan ini yang seharusnya pendek dan singkat jadi lebih panjang beberapa paragraf.


Gue harus akuin kalo CV dia seharusnya ditambahin skill “Mengesankan seseorang.’. Karena emang dia, dengan mudah bisa ngelakuin itu. Ke gue apalagi. Prinsip gue yang begitu menjulang bisa dengan mudah dipatahin. Perspektif gue yang kokoh bisa dihancurkan berkeping-keping. Stigma gue yang selama ini mengakar di tanah, dengan entengnya bisa Ia cabut. Mengerikan bukan? Tapi. Untungnya semua yang wanita itu lakukan masih dalam konteks yang positif. Tindakan semengerikan itu pun berubah menjadi sesuatu yang menakjubkan. Buat gue.


Cara dia mengesankan seseorang, sangat indah. Kalo boleh gue bilang.


Sesuatu yang memang sederhana, namun Ia bisa mengemasnya dengan antusiasme juga kreatifitas. Bongkahan tanah itu pun menjadi pajangan yang prestisius. Mengindahkan ruang dimanapun keberadaannya. Memancarkan aura positif ke berbagai penjuru.


Ia pasir pantai yang membelakangi lautan. Tidak peduli dengan ombak yang siap menyeretnya ke tengah laut. Ia tetap disana, jadi bagian penting untuk menyempurnakan pemandangan di kala senja. Oh sungguh. Gue bisa lebih dari ini jika gue mau. Tapi sepertinya sudah cukup. Gue masih setia menunggu kesan-kesan Ia nantinya yang gue rasa masih terlampau banyak. Dengan sedikit dukungan dari waktu, gue percaya butiran pil positif itu bisa gue telan secara bertahap.


Well, masuk ke bagian akhir postingan yang membingungkan ini. Haha.


Jadi intinya cuma satu, lo ngga perlu berdiri di puncak buat dapet perhatian sekeliling. Walaupun pasti menyenangkan bisa berdiri disana, dan gue juga mau ada disana. Tapi gimana jika lo belum ada disana? Siapkan trek terhebat, berikan 120% kemampuan lo. Dan kalopun puncak yang lo idamkan itu ngga bisa lo gapai. Setidaknya lo punya cerita hebat di kemudian hari.


K! See you when I see you~

Komentar

  1. Kata Firhan semalam di GC, ini buat aku ya? Hahaha terima kasih ya! You would have done the same for me.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.