Langsung ke konten utama

Hidup Itu?


Berbagai macam jawaban ngawur langsung seliweran di kepala gue waktu gue nemuin pertanyaan kaya gini. Engga gampang buat kita nyari definisi a.k.a pengertian dari hidup yang kita jalani ini, yang pasti arti hidup itu bukan cuma bernafas sama berkembang biak ya. Kita harus tau arti yang lebih spesifik dalam satu kata penuh makna itu. Lo tau kan di dunia yang tanpa batas ini jumlah manusia itu terlalu banyak, dan bahkan jauh lebih banyak dari jumlah seluruh rambut yang ada di tubuh bagian teratas lo. Inget, bagian teratas! Gue percaya 100% masing - masing dari mereka pasti punya artian tersendiri mengenai hidup.


Semua orang punya pendapat dan keyakinan tersendiri tentang apa yang mereka sebut kehidupan. Contohnya gini deh, seseorang yang punya latar belakang yang berbeda pasti punya definisi hidup yang beda. Lo ngerti kan maksud gue? Dia yang hidup dari kasta atas ngga mungkin punya pengertian hidup seperti dia yang hidup di kasta bawah. Mungkin kebanyakan dari mereka yang hidup di kasta bawah punya definisi hidup lebih simpel dan tidak terlalu muluk seperti mereka yang berada di atas.


Itu salah satu contoh yang paling mencolok dari beberapa ribu contoh yang ngga bakal bisa gue jabarin satu persatu. Oh ya contoh yang gue tulis diatas itu murni dari hasil analisa gue aja, jadi bukan hasil observasi atau semacamnya.

Relatif, iya itu yang mau gue perjelas disini, hidup itu
begitu relatif dan subjektif. Tergantung apa yang udah dilaluin, dihadapin, dan diselesaikan oleh setiap manusia. Arti hidup itu bisa jadi sama kaya jati diri, ngga gampang buat nyari jati diri kita. Butuh proses yang panjang dan melelahkan. Lo pasti pernah ngerasa ga kenal sama diri lo sendiri, dan gue pastiin saat lo ngalamin hal itu pasti lo belum nemuin jati diri lo. Saat gue nulis catatan ini, jujur gue juga belum nemuin jati diri gue. Iya, banyak hal yang gue gatau apa jadi sekat antara gue dan jati diri gue. Entah itu datang dari dalam diri gue sendiri atau datang dari luar.


Analogi nya itu kaya perahu tanpa layar dan tanpa dayung yang ada di tengah samudra, kebayang kan? Betapa gue cuma bisa ikut kemana arus ngebawa gue. Tapi gue ngga nyerah, gue masih punya kedua tangan gue yang bisa gue pake buat jadi dayung dan keluar dari lautan konyol yang udah buat gue terombang-ambing lebih dari setengah hidup gue. Ya, walaupun sangat ga efektif dan pasti bikin gue capek tapi cuma tangan gue ini yang bisa ngebawa gue ke daratan terdekat. Tempat yang selama ini gue cari, yang selama ini gue bayangkan bisa berpijak disana tanpa beban.


Kira - kira kaya gitu analogi orang yang belum punya jati diri. Tapi gue salut banget sama orang yang sedari remaja udah nemuin jati diri mereka. Menurut gue itu hal yang keren dan termasuk langka. Eh yang gue maksud jati diri remaja disini tuh yang positif ya, bukan kaya anak ABG salah gaul yang cuma gaya-gayaan di lampu merah terdekat dan dengan sangat soktau dia bilang kalo itu jati diri dia. Big NO!


Jati diri cuma bisa lo dapetin dengan usaha lo sendiri, bukan ikut-ikutan pergaulan lo. Ya emang sih ngga menutup kemungkinan kalo lingkunan sosial lo itu bisa mempengaruhi perspektif lo tentang kehidupan. Tapi ayolah, jati diri itu harusnya jadi sesuatu yang positif gimana pun negatif nya lingkungan sosial lo. Gue punya beberapa temen yang menurut gue udah nemuin jati diri nya sedari remaja. Mereka contoh dari beberapa orang hebat, mereka mampu memaksimalkan apa yang ada di dalam diri mereka sehingga dengan mudahnya mereka bisa nemuin jati diri mereka bahkan di usia belasan tahun.


Lho kenapa gue jadi lebih banyak bahas jati diri? Simpel banget! Karna sebelum lu tau apa arti hidup yang sesungguhnya buat diri lo, yang terlebih dahulu lo harus temuin itu jati diri lo. Semuanya akan lebih mudah dimengerti saat lo bisa mengerti diri lo sendiri. Menurut gue sih nyari jati diri itu salah satu hal yang tersulit di hidup ini selain masalah cinta pastinya. Jika lo bisa ngedapetin hal yang sulit kaya jati diri, lo pasti dengan mudah ngedapetin hal-hal lain yang tingkat kesulitannya masih dibawah.


Well, inti dari tulisan gue yang absurd ini tuh cuma pengen lo sedini mungkin dapetin jati diri, atau bahasa sekarang sih lebih dikenal sama passion. Dengan bermodal itu aja, gue yakin lo bakal jadi orang sukses di masa depan. Lo bakal sukses ngejalanin sisa hidup lo kalo lo tau jati diri lo dan bisa ngambil definisi arti hidup dari jati diri lo.
K! See you when i see you...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.