New
Year, New Wish, New Me!
Paragraf
pertama di post pertama gue tahun ini gue dedikasikan buat mencurahkan
belasungkawa sedalam-dalamnya. Duka cita gue untuk mengikhlaskan beberapa
resolusi tahun 2014 yang belum bisa terealisasi. Semoga mereka pergi dengan
tenang, gue udah berusaha semaksimal mungkin tapi, yah...perjuangan gue masih
jauh dari kata cukup untuk mereka. Hiks.
Buat
yang baca post gue dari awal pasti tau kalo awal tahun kemarin gue udah post tentang
resolusi 2014 yang gue rahasiakan. Alesan kenapa ngga gue publish sih karena
gue kurang percaya sama kemampuan diri gue sendiri. Jujur. Gue orangnya ngga
mau dibilang banyak omong atau cuman teoritis semata. Jadi mending gue
bertarung dulu sama kenyataan, kalo udah keliatan hasil dari perjuangan itu
nanti bakalan gue post disini keberhasilan resolusi gue. Tapi Allah masih belum
mengizinkan gue untuk sombong, dan itu artinya gue gagal mencapai harapan
sederhana di tahun 2014 kemarin.
Kalo
dibilang kecewa
pasti, wajar aja kecewa saat kita gagal dalam suatu hal. Menurut gue, yang bernilai dalam suatu kekecewaan adalah saat kita menyikapi hal itu. Cerminan untuk mengetahui sejauh mana kedewasaan dalam diri kita. Dan kalo ditanya sedih? Ngga juga. Setidaknya gue pernah berjuang, walaupun hasilnya ngga bisa di bandingin sama ekspektasi.
pasti, wajar aja kecewa saat kita gagal dalam suatu hal. Menurut gue, yang bernilai dalam suatu kekecewaan adalah saat kita menyikapi hal itu. Cerminan untuk mengetahui sejauh mana kedewasaan dalam diri kita. Dan kalo ditanya sedih? Ngga juga. Setidaknya gue pernah berjuang, walaupun hasilnya ngga bisa di bandingin sama ekspektasi.
“Gue
pengen tulisan gue masuk media!” – Gue, awal 2014
Itu
resolusi gue tahun kemarin, kalimat sederhana yang menggema penuh satu tahun
lalu. Maksud media disini bukan masuk media sosial ya, kalo itu sih gampang.
Media yang gue maksud itu media massa. Tempat dimana tulisan gue bisa dibaca
lebih banyak orang. Dapet apresiasi dari mereka tentang kapasitas gue dalam
membuat suatu karya tulis. Tapi, failed. Fiksi atau non fiksi semuanya udah gue
coba. Segala macem lomba tulis gue ikutin, tapi masih belum tembus juga.
Sedikit banyak kegagalan itu udah ngebuat gue sadar. Iya, bidang gue emang
bukan di sekitar sastra.
Kalo
aja satu diantara banyak email yang gue kirimin ke panitia sialan itu ada yang
tembus dan karya tulis gue bisa terpampang di salah satu media apapun itu.
Mungkin nazar gue tahun lalu bakal gue lanjutin sampai sekarang dan kedepannya.
Nazar kalo gue akan serius di bidang ini, di bidang yang berbau sastra.
Awal
tahun kemarin entah kenapa passion gue begitu membludak dalam hal menulis dan
membaca. Puisi, prosa, sajak, novel, cerpen, fiksi ataupun non, semuanya gue
khatamin. Dari teori dasar yang gue pelajarin sendiri di google sampe praktek
ngebikin semua itu yang juga gue sanggup. Atas dasar itu gue pengen lanjutin
kuliah ke jurusan sastra. Tapi gue gamau gegabah, gue butuh test untuk yakinin
pilihan ini. Takutnya ini cuman passion sesaat yang numpang lewat dan pergi
gitu aja. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya gue ngebuat satu kalimat nazar
yang bakal berlaku sepanjang tahun 2014.
Dan
ternyata Allah udah berbaik hati sekali lagi untuk menolong gue lewat tamparan
kegagalan. Kegagalan itu yang membantu gue untuk keluar dari zona yang selama
ini gue anggep zona yang tepat. Tempat gue bukan disini.
Well,
the show must go on. Berhasil atau gagal, waktu terus jalan ngga peduli apapun.
Jadi gue ngga mau ambil pusing masalah tahun lalu, emm, kecuali masalah hati
yang bener-bener jadi kerak yang bisa nempel bertahun-tahun ya. Tapi itu ga
masuk itungan lah. Sekarang di awal tahun ini gue punya resolusi baru, yeay!
Seperti biasa bakal gue kasih tau di awal tahun depan.
Dengan
gugurnya sastra dari salah satu pilihan hidup gue, bukan berarti kedepannya gue
bakal berhenti menulis. Tanpa ada keraguan gue tetep cinta sama aktifitas
menulis atau membaca, Cuman mungkin intensitasnya ngga sekenceng biasanya dan
ngga gue jadikan sebagai kiblat. Tahun ini gue mau fokus ke resolusi baru yang
artinya tujuan baru. Tempat baru yang gue tuju itu bisa dibilang sangat asing
sama gue. Tempat dimana gue belum pernah kesana sekalipun. Jalan terjal yang
sangat ngga ramah sama siapapun orang bermental lemah, gue tau. Tapi gue udah
janji sama diri gue sendiri kalo gue harus berani ngambil resiko. I’ll take my
own risk, it’s might be hard but i have to do. All out or nothing.
Semoga
setahun lagi gue bisa memulai paragraf pertama di post pertama gue dengan suka
cita ya, ngga kaya sekarang. Haha.
2014
adalah cerita tersendiri untuk kita. Bagi gue, tahun ini ngga terlalu spesial
dibanding sama tahun 2013. Walaupun ada satu moment emosional di penghujung
tahun 2014 ini yang lumayan bikin idung gue gatel setiap kali inget kejadian
itu. Moment yang bisa bikin dengkul gue lumpuh sesaat kalo diinget lebih larut
lagi. Awkward sekaligus Awesome. Gue gatau kapan gue bisa mendeskripsikan
urutan kejadian yang masih terekam jelas dan ngga mungkin bisa gue lupain.
Mungkin beberapa tahun lagi, gue baru sanggup ngetik di blog ini tentang apa
yang gue rasain. Kedengeran lebay sih, tapi beneran sekarang ini gue belum
menemukan kalimat yang pas buat ngegambar cerita itu. Entah karena apa, tapi
gue punya keyakinan kalo moment itu masih bersambung dan belum tuntas sampai
saat gue ngetik ini di awal tahun 2015. Beberapa tahun ke depan, saat gue bisa
dan udah menemukan akhir dari moment itu. Gue bakal jabarin lengkap disini dari
awal, pertengahan, awal lagi, pertengahan, lalu akhir yang masih menjadi
misteri di masa depan. Sampai saat itu tiba nanti, ini belum berakhir, sayang.
*evillaugh*
Post
yang 90% berisi curhatan ini gue akhirin sampai disini.
K. See you when I see you~
Komentar
Posting Komentar