Langsung ke konten utama

2015 Could be...



New Year, New Wish, New Me!


Paragraf pertama di post pertama gue tahun ini gue dedikasikan buat mencurahkan belasungkawa sedalam-dalamnya. Duka cita gue untuk mengikhlaskan beberapa resolusi tahun 2014 yang belum bisa terealisasi. Semoga mereka pergi dengan tenang, gue udah berusaha semaksimal mungkin tapi, yah...perjuangan gue masih jauh dari kata cukup untuk mereka. Hiks.


Buat yang baca post gue dari awal pasti tau kalo awal tahun kemarin gue udah post tentang resolusi 2014 yang gue rahasiakan. Alesan kenapa ngga gue publish sih karena gue kurang percaya sama kemampuan diri gue sendiri. Jujur. Gue orangnya ngga mau dibilang banyak omong atau cuman teoritis semata. Jadi mending gue bertarung dulu sama kenyataan, kalo udah keliatan hasil dari perjuangan itu nanti bakalan gue post disini keberhasilan resolusi gue. Tapi Allah masih belum mengizinkan gue untuk sombong, dan itu artinya gue gagal mencapai harapan sederhana di tahun 2014 kemarin.


Kalo dibilang kecewa
pasti, wajar aja kecewa saat kita gagal dalam suatu hal. Menurut gue, yang bernilai dalam suatu kekecewaan adalah saat kita menyikapi hal itu. Cerminan untuk mengetahui sejauh mana kedewasaan dalam diri kita. Dan kalo ditanya sedih? Ngga juga. Setidaknya gue pernah berjuang, walaupun hasilnya ngga bisa di bandingin sama ekspektasi. 



“Gue pengen tulisan gue masuk media!” – Gue, awal 2014
 
Itu resolusi gue tahun kemarin, kalimat sederhana yang menggema penuh satu tahun lalu. Maksud media disini bukan masuk media sosial ya, kalo itu sih gampang. Media yang gue maksud itu media massa. Tempat dimana tulisan gue bisa dibaca lebih banyak orang. Dapet apresiasi dari mereka tentang kapasitas gue dalam membuat suatu karya tulis. Tapi, failed. Fiksi atau non fiksi semuanya udah gue coba. Segala macem lomba tulis gue ikutin, tapi masih belum tembus juga. Sedikit banyak kegagalan itu udah ngebuat gue sadar. Iya, bidang gue emang bukan di sekitar sastra.


Kalo aja satu diantara banyak email yang gue kirimin ke panitia sialan itu ada yang tembus dan karya tulis gue bisa terpampang di salah satu media apapun itu. Mungkin nazar gue tahun lalu bakal gue lanjutin sampai sekarang dan kedepannya. Nazar kalo gue akan serius di bidang ini, di bidang yang berbau sastra.


Awal tahun kemarin entah kenapa passion gue begitu membludak dalam hal menulis dan membaca. Puisi, prosa, sajak, novel, cerpen, fiksi ataupun non, semuanya gue khatamin. Dari teori dasar yang gue pelajarin sendiri di google sampe praktek ngebikin semua itu yang juga gue sanggup. Atas dasar itu gue pengen lanjutin kuliah ke jurusan sastra. Tapi gue gamau gegabah, gue butuh test untuk yakinin pilihan ini. Takutnya ini cuman passion sesaat yang numpang lewat dan pergi gitu aja. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya gue ngebuat satu kalimat nazar yang bakal berlaku sepanjang tahun 2014.


Dan ternyata Allah udah berbaik hati sekali lagi untuk menolong gue lewat tamparan kegagalan. Kegagalan itu yang membantu gue untuk keluar dari zona yang selama ini gue anggep zona yang tepat. Tempat gue bukan disini.


Well, the show must go on. Berhasil atau gagal, waktu terus jalan ngga peduli apapun. Jadi gue ngga mau ambil pusing masalah tahun lalu, emm, kecuali masalah hati yang bener-bener jadi kerak yang bisa nempel bertahun-tahun ya. Tapi itu ga masuk itungan lah. Sekarang di awal tahun ini gue punya resolusi baru, yeay! Seperti biasa bakal gue kasih tau di awal tahun depan.


Dengan gugurnya sastra dari salah satu pilihan hidup gue, bukan berarti kedepannya gue bakal berhenti menulis. Tanpa ada keraguan gue tetep cinta sama aktifitas menulis atau membaca, Cuman mungkin intensitasnya ngga sekenceng biasanya dan ngga gue jadikan sebagai kiblat. Tahun ini gue mau fokus ke resolusi baru yang artinya tujuan baru. Tempat baru yang gue tuju itu bisa dibilang sangat asing sama gue. Tempat dimana gue belum pernah kesana sekalipun. Jalan terjal yang sangat ngga ramah sama siapapun orang bermental lemah, gue tau. Tapi gue udah janji sama diri gue sendiri kalo gue harus berani ngambil resiko. I’ll take my own risk, it’s might be hard but i have to do. All out or nothing.


Semoga setahun lagi gue bisa memulai paragraf pertama di post pertama gue dengan suka cita ya, ngga kaya sekarang. Haha.


2014 adalah cerita tersendiri untuk kita. Bagi gue, tahun ini ngga terlalu spesial dibanding sama tahun 2013. Walaupun ada satu moment emosional di penghujung tahun 2014 ini yang lumayan bikin idung gue gatel setiap kali inget kejadian itu. Moment yang bisa bikin dengkul gue lumpuh sesaat kalo diinget lebih larut lagi. Awkward sekaligus Awesome. Gue gatau kapan gue bisa mendeskripsikan urutan kejadian yang masih terekam jelas dan ngga mungkin bisa gue lupain. Mungkin beberapa tahun lagi, gue baru sanggup ngetik di blog ini tentang apa yang gue rasain. Kedengeran lebay sih, tapi beneran sekarang ini gue belum menemukan kalimat yang pas buat ngegambar cerita itu. Entah karena apa, tapi gue punya keyakinan kalo moment itu masih bersambung dan belum tuntas sampai saat gue ngetik ini di awal tahun 2015. Beberapa tahun ke depan, saat gue bisa dan udah menemukan akhir dari moment itu. Gue bakal jabarin lengkap disini dari awal, pertengahan, awal lagi, pertengahan, lalu akhir yang masih menjadi misteri di masa depan. Sampai saat itu tiba nanti, ini belum berakhir, sayang. *evillaugh*


Post yang 90% berisi curhatan ini gue akhirin sampai disini.
K. See you when I see you~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.