Langsung ke konten utama

Valkyrie

Siapa yang paling kuat yang akan menang, begitu kata mereka yang mengadopsi bunyi hukum rimba. Manusia barbar dari benua biru yang lebih menyukai pedang yang beradu ketimbang tangan yang bersatu. Tapi tak apa, semua itu hal biasa di saat itu. Kekuasaan yang perlu dibayar dengan mahal. Bukan dengan berpeti-peti emas, tapi sesuatu yang terdengar kurang pantas. Ratusan kepala yang ditebas dan ribuan bola mata yang terlepas.


Banyaknya pertumpahan darah dan isi kepala yang tercecer di bumi itu membuatmu turun ke dunia. Keindahan yang keji, kalo aku boleh menyebutnya. Sebab pekerjaanmu yang mencekam dan tampak hitam. Memilah roh yang merupakan kehidupan lalu membunuh sisanya. Meskipun bertemankan kematian, parasmu tidak pernah menunjukan kegelisahan. Kebiasaan mengerikan.


Biarpun begitu. Penampilanmu selalu mencengangkan. Menaiki pegasus atau unicorn, keduanya sama menakjubkan dan mengindahkanmu lebih lagi. Tunggangan mahal sempurna yang cocok jika harus dipadukan denganmu. Juga dengan baju zirah berkilauan yang menghiasi setiap inci tubuh. Dan satu lagi yang tidak bisa tidak untuk disebutkan. Helm perang yang memancarkan Aurora dari langit utara yang selalu kamu kenakan itu bukan perlengkapan main-main. Juga wajahmu dengan kecantikan yang tidak biasa, tidak luntur walau berdampingan dengan tombak bermandikan darah yang kamu bawa kemanapun. Siapa yang tidak menyukai semua itu? Dan itu ada padamu.


Dari sekian banyak nyawa para ksatria yang gugur di medan perang, mereka sepakat hanya punya satu keinginan. Bertatap langsung denganmu dan diberikan tumpangan agar bisa naik ke Valhalla. Disana mereka akan disambut dengan hangat. Lalu bertemu dengan Odin setiap hari untuk menghabiskan santap malam bersama. Itu janji para dewa yang terpatri di kepala mereka jauh-jauh hari sebelumnya. Pemicu paling mujarab untuk mengobarkan semangat saat mempertaruhkan nyawa.


Valkyrie memegang peranan penting untuk membantu petarung tangguh mencapai keinginan terakhirnya tersebut.


Mengemban tugas mulia dari langit, kehadiranmu tentu dinantikan oleh para viking terlatih yang sedang mengangkat senjata. Tidak perlu muncul saat semua sedang berlangsung. Saat darah sudah menyerap ke tanah, saat tulang-belulang telah hancur dan menjadi serpihan kecil, saat sekumpulan burung nazar menyeringai di langit yang semakin pucat, dan disusul para karnivora yang mengintip dibalik pohon terdekat.


Kamu hanya perlu datang saat semua sudah lenyap dan terlambat. Saat keadaan senyap dan menyisakan parfum paling busuk yang menggantung di langit. Parfum beraroma kematian yang kental. Lalu kamu bebas memilih siapapun itu, memaksa mereka merapalkan harap bahkan disaat mereka sudah tidak bisa melakukannya. Mempertaruhkan keberuntungan mereka di tanganmu. Seperti itu yang kamu inginkan, bukan?


Ia mengambil roh orang mati semudah membalikkan telapak tangan, serupa dirimu yang dengan mudahnya menggenggam jantung mereka sesuka hati. Lalu mencabutnya. Tidakkah itu mengerikan.


Aku tidak bisa bilang yang dilakukannya itu salah. Tidak. Aku hanya kasihan dengan nasib mereka. Bagaimana mereka sudah bertarung habis-habisan sampai nafas terakhir mereka melambung ke langit. Dan Valkyrie, hanya mengambil satu dari dua kepala untuk dijadikan Eirhenjar. Memberinya tempat khusus di Valhalla. Hanya satu yang akan melaju, sesuka hatimu saat itu. Yang tidak menentu.


Bukankah itu tidak adil dan menyedihkan? Menggantungkan takdir para ksatria yang sudah berusaha keras dan sampai akhirnya melepas nyawa di tangan seorang wanita. Selalu seperti itu, dimanapun. Sejarah terulang kembali setiap saat, hanya berganti latar waktu dan nama saja.


Sekarang semua ada di tanganmu, pilihan itu. Siapa yang akan kamu bawa naik menuju kediaman para dewa. Di aula peristirahatanmu yang megah. Memberikan siapapun dia kehormatan tanpa batas untuk bertarung di sisi sepasukan luar biasa Aesir dari Asgard saat Ragnarok tiba nanti, My Valkyrie.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.