Langsung ke konten utama

Terma Aluvium

Salah kaprah. Minggu ini bukannya santai tapi malah lunglai. Agak melelahkan memang kalo bantu orang pindahan. Masalahnya cowok selalu dapet porsi gotong lemari dan kulkas. Juga benda dengan berat lebih dari 20kilo lainnya.

 
Untunglah kerabat dekat, jadi aku tidak terlalu misuh-misuh mengenai otot yang menegang beberapa jam tadi. Dan berbagi sedikit kebaikan tepat sehari sebelum Ramadhan kiranya juga bukan ide buruk.
 
Benar-benar menyita waktu, datang pagi pulang malem dihari minggu. Dilanjut ritual Shalat Tarawih pertama. Beruntung hari ini berbeda dari hari biasanya, oleh sebab itu aku tidak sudi jika harus dilewati tanpa mengisi blog sialan ini. --,
 
Jadilah sesempatnya dan secepatnya aku membuat catatan ini.
 
Semua orang pasti punya perilaku yang sudah menjadi kebiasaan. Dan kebiasaanku sedari dulu adalah menyempatkan diri sejenak untuk memikirkan hal kecil. Hal remeh-temeh mungkin kalo kamu bilang. Tapi tidak masalah lah, selama aku menikmatinya. 

 
Seperti orang terakhir yang berpapasan denganku di toko buku sebuah Mall semalam. Alasan mengapa ia mengambil buku "Tidak Ada New York Hari Ini" masih mengganjal pikiranku. Apa dia memang suka kumparan aksara dari Aan Mansyur? Atau dia hanya seorang penikmat film "Ada Apa Dengan Cinta 2" yang sebulan belakangan ini jadi fenomena dalam negeri. Atau bisa saja dia termasuk golongan hipster yang membeli cuma karena pengen dibilang keren? Aku tidak punya kesempatan untuk memastikan itu. Tapi biarlah, beberapa jawaban memang tidak perlu terungkap.
 
Atau lagi, saat temanku yang semalam membawa temannya yang lucu banget itu. Gadis berkacamata yang mempunyai air muka polos dipadu dengan senyum simpul semesta, kesan yang pas. Dan berhubung tidak ada yang bisa mengubah kesan pertama, jadi sekali lagi. Biarkan kesan manis itu yang membekas untuk dirinya. Sampai pertemuan kedua kita nanti, tak akan ada satu orangpun yang bisa merusak imaji tentangmu.
 
Saat kita teringat tentang suatu hal, semisal peristiwa lampau. Pasti ingatan kita bukan hanya mengais kejadian itu. Memori selalu merembet kemana-mana, mencari ruang disekitar untuk memperlebar guratan sketsa. Ingatan tidak pernah membiarkan kita terpatri pada satu ketukan kejadian.
 
Seperti sekarang, aku sehabis membaca jadwal Copa America yang akan digelar bulan Juni ini. 10 Juni, 5 hari dari sekarang akan ada pertandingan antara Uruguay vs Venezuela. Ngomong-ngomong, aku menjagokan Uruguay pada ajang sepakbola akbar benua Amerika tersebut.  Lalu kamu lihat kan, lawannya? Venezuela. Tidak ada hal istimewa pada permainan tim itu menurutku. Materi pemain yang belum aku pahami, juga segala hal asing yang tidak mau aku kenali.
 
Tapi setidaknya ada satu hal indah yang terdapat di Venezuela yang aku tahu betul dan menjadi salah satu destinasi impian. Selain Budapest dan Arch de Triomphe di list teratas.
 
Pagelaran menakjubkan dari alam. Yang terbaik di seluruh dunia. Angel Falls. Sebuah surga yang turun dari langit dan mencicipi sakitnya gravitasi. Air yang mampu membelah awan. Dimana lagi kamu bisa menemukannya?
 
Menyandang predikat sebagai air terjun tertinggi, tempat terbaik dalam mencari inspirasi. Pencapain terhebat para buih air, mungkin diantara kehidupan para tetes air. Terjun bebas dari puncak Angel Falls merupakan suatu kehormatan dan bisa menaikkan gengsi mereka. Mungkin saja.
 
“Jauh diujung sebuah sungai, muara masih menanti dengan ikhlas.
Setiap tetes darinya yang pergi terbawa awan.”
 
Tapi air tetaplah air. Semelangit apapun kehidupan membawa mereka naik, ia akan tetap mengalir ke bawah. Kembali membasahi bumi. Bertransformasi menjadi aliran kecil dan besar yang tersebar secara merata, sumber kehidupan, kata mereka. Menuju tempat baik, dengan tujuan yang lebih baik.
 
Aliran sungai yang mengendapkan bebatuan dan butir pasir pada liku disana. Membantu lebih banyak dari yang bisa dilakukan angin pada dedaunan diujung tangkai, juga tanah yang membantunya membusuk saat terjatuh. Untuk menciptakan kehidupan dimanapun, aliran air telah membawa segala apa saja yang  dibutuhkan.
 
Pada akhirnya kembali lagi, hidup merupakan pilihan. Apa kita mau menjadi lekukan sungai yang menunggu perubahan, atau menjelma arus air yang membawa perubahan. Keduanya sama penting untuk bisa bersanding.
 
Dan seorang teman yang beberapa kali mengingatkanku tentang hal itu juga tidak harus tidak  mendapatkan terimakasih.
 
 
Sekali lagi, kemarin sudah menjadi masa lalu. Selamat untukmu.
 

Segeralah bertemu dengan pertemuan tanpa perpisahan yang kamu idam-idamkan. Kalo kata seseorang, “Hidup adalah seni meringkas.” Jadi fokuskan pada satu saja, yang dirasa paling layak untuk memberikan hiasan kecil yang akan menyempurnakan. Mendewasalah dengan perlahan. Jangan terlalu cepat agar setiap incinya bisa kamu pahami dengan baik.

 
Yang terakhir namun bukan akhir, semesta nampak menarik garis takdir yang begitu angkuh untuk seluruh haru. Terbukti sampai sekarang Tuhan belum juga merestui. Tapi tak apa, aku masih dapat melihat seberkas daripada kilauan itu, diantara pekatnya penantian yang memenuhi rongga langit diatas.
 
Kemudian berbahagialah seterusnya, agar kamu bisa membahagiakan orang lain. Semoga selalu pada setiap harimu, terdapat keindahan kasih untuk dikisahkan.
 
 
Yang pada namanya tersisipkan berjuta Mimpi.
 
 
 
Malam ini terasa begitu istimewa
Entah kamu yang sedang manis-manisnya
Atau aku yang sedang rindu-rindunya
(Distilasi Alkena)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.