Langsung ke konten utama

Goblin, Ahjussi Tanpa Kejelasan




Postingan ini adalah bentuk perayaan karena gue telah menonton seluruh episode serial terbitan Korea Selatan dengan judul Goblin. Masuknya review atau ulasan sih emang, tapi sekaligus merayakan lah. Kenapa perlu dirayakan? Karena serial yang satu ini berbeda dari selera gue dalam hal menonton. Baru pertama ini gue nonton drama Korea Selatan. Dengan genre drama romansa dan diisi oleh pemeran yang luar biasa mulus wajahnya. Sungguh keputusan gue untuk menonton ini sangat patut diapresiasi. 16 episode dengan masing-masing berdurasi kurang lebih 80 menit, dan gue melahap habis itu semua. Keren kan?

 
Kalo diliat dari waktu rilis sampai tamatnya, emang bisa dibilang gue terlambat nonton serial yang teramat hype di kalangan remaja ini. Pas serial ini berlangsung hampir seluruh pelosok sosmed gue berisikan screenshot atau berita dari para pelaku drama ini.  Ngga apa terlambat setahun lah ya, toh gue bukan salah satu yang fanatik sama drama ini dan sejenisnya.

 
Pada bagian bawah dari tag spoiler ini berisikan bocoran cerita-cerita dan penuh  opini pribadi gue, jadi buat yang belum nonton dan ada niatan buat nonton. Gue sarankan jangan dibaca dulu. Soalnya gue takut apa yang gue jelasin dibawah bisa sedikit menggeser minat mereka yang belum nonton. Tapi kalo ngga masalah sih, silahkan aja.

 
Oke...
 
 
[SPOILER ALERT]



Walaupun pada dasarnya gue suka sama genre drama dan udah banyak film drama yang gue saksikan. Tapi menurut gue drama Korea punya tingkatan level yang berbeda dari jenis drama yang gue tonton. Semacam, terlalu dalam dan mengharu biru. Seperti serial Goblin ini, permainan emosi yang mereka coba berikan mungkin sanggup ditangkap oleh beberapa orang, yang kebanyakan wanita karena gue yakin pasar mereka adalah kaum hawa. Tapi kalo buat gue entah kenapa, perasaan yang gue dapat ngga seutuh yang mereka maksud. Untungnya banyak sentuhan komedi yang dengan rapi disisipkan pada tiap episodenya. Itu sangat membantu gue buat melanjutkan menonton.
 
 
Alur lambat pada 10 episode awal, dan cerita keseluruhan yang terkesan diluar batas pola pikir ini yang ngga bisa gue terima mentah-mentah. Gue ngga menikmatinya dengan seksama walaupun udah mempersiapkan untuk tidak terlalu menggunakan logika sebelumnya. Karena menurut gue banyak kebolongan cerita yang tersebar, apalagi menjelang episode-episode pamungkas. Gue bakal kasih 1 aja plothole yang gue tangkap yak, yaitu pada episode 15. Saat di Kanada, terdapat seorang wanita penjual kalung berumur sekitar 50 tahun yang  masih mengingat tentang Goblin. Padahal seharusnya seluruh orang lupa akan kenangan atau apapun yang berkaitan dengan Goblin. Selain itu juga ada beberapa lagi sih. Tapi 1 aja kayanya cukup.
 
Terbatasnya tokoh yang ada di serial ini juga jadi kekurangan serta kelebihan. Kekurangannya adalah selama 16 episode 85% diisi oleh sepasang karakter utama, dan gue pribadi agak jenuh liatnya. Seharusnya ada lebih banyak sudut pandang yang dibagikan oleh karakter pendukung mengenai premis cerita ataupun tokoh. Terlalu terfokus pada kedua orang itu juga merupakan satu dari sekian kelemahan menurut gue yang sangat awam dalam hal mereview ini.

 
Lalu kelebihannya adalah, tentu 85% itu berdampak pada karakter tokoh utama yang gue rasa berhasil dieksploitasi dan dibangun dengan sukses oleh para pemeran. Kemistri mereka berada pada tingkatan yang sangat kuat, dan gue bisa ngeliat itu pada saat adegan klimaks di episode 13. Dimana tujuan (takdir) dari mereka dipertemukan berhasil dilakukan. Para pemeran juga punya motif kuat yang kebanyakan sarat akan masa lalu mereka.
 
Namun sayang, sesuatu yang gue anggap klimaks di penghujung episode 13 dihancurkan berkeping-keping saat gue nonton episode 14. Waaauw, gue jadi rada kesel sendiri kalo tau ternyata ceritanya bakal seperti itu. Susah payah mereka membangun gambaran bahwa seorang Goblin saat dicabut pedangnya akan menjadi debu dan menghilang selamanya dari muka bumi. Tapi begitu masuk episode 14 mereka mematahkan teori yang telah mereka sampaikan dari episode awal. Apa itu sengaja? Tentu. Tapi menurut gue efeknya ini harus dibayar mahal, andai aja ada jeda 1 atau 2 episode untuk membuat efek kehilangan pada sang wanita. Mungkin momen kembalinya Goblin akan lebih dramatis dan mengiris.


Kekuatan pada serial drama ini dan menurut gue jadi elemen penting adalah bagaimana pengambilan gambar pada tiap adegan yang bisa gue bilang sempurna, hampir seluruh sinematografi disajikan apik dan begitu membius. Dengan pemandangan yang memilliki komposisi yang pas serial ini mampu meluapkan emosi penonton secara maksimal. Selain itu satu yang gak bakal lupa gue sebutin disini adalah soundtrack yang begitu cantik pada setiap momen. Kalo yang satu ini favorit gue sih, asli. Saat nulis ini pun gue sambil memutar seluruh soundtrack mereka dengan mode shuffle. Soalnya emang ngga ada yang jelek. Penempatannya juga keren banget bikin nempel di otak.

 
Jadi, ini sedikit kesan gue buat drama Goblin secara subjektif. Drama dengan tema unik dan pemeran ciamik. Meskipun gue ngga tau standar drama Korea itu seperti apa karena ini kali pertamanya untuk gue. Apakah semuanya sama dari segi teknis atau ngga. Tapi itu aja sedikit yang bisa gue rangkum dari 16 episode yang gue telaah.
 
Dan percayalah, kalau bukan karena faktor eksternal yang berarti bukan dari gue sendiri. Gue ngga akan nonton serial yang gue denger punya rating tertinggi ini. Jadi, hasil akhir sepertinya akan gue kasih 3 bintang dari 5 yang gue punya. Cukup mengesankan.

 
 
 
Senyumannya,
Seperti cahaya matahari saat bersinar terang.
 
Mengingatkanku pada saat kehidupanku diambil.
 
Aku telah membuat keputusan aku harus menghilang,
sebelum aku menginginkan kehidupanku lebih lama,
sebelum aku menjadi lebih bahagia dari sekarang.
 
Ini adalah keputusan yang kubuat untukmu,
Aku harus mengakhiri hidupku.
-Kim Shin

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.