Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Goblin, Ahjussi Tanpa Kejelasan

Postingan ini adalah bentuk perayaan karena gue telah menonton seluruh episode serial terbitan Korea Selatan dengan judul Goblin. Masuknya review atau ulasan sih emang, tapi sekaligus merayakan lah. Kenapa perlu dirayakan? Karena serial yang satu ini berbeda dari selera gue dalam hal menonton. Baru pertama ini gue nonton drama Korea Selatan. Dengan genre drama romansa dan diisi oleh pemeran yang luar biasa mulus wajahnya. Sungguh keputusan gue untuk menonton ini sangat patut diapresiasi. 16 episode dengan masing-masing berdurasi kurang lebih 80 menit, dan gue melahap habis itu semua. Keren kan?   Kalo diliat dari waktu rilis sampai tamatnya, emang bisa dibilang gue terlambat nonton serial yang teramat hype di kalangan remaja ini. Pas serial ini berlangsung hampir seluruh pelosok sosmed gue berisikan screenshot atau berita dari para pelaku drama ini.  Ngga apa terlambat setahun lah ya, toh gue bukan salah satu yang fanatik sama drama ini dan sejenisnya.   Pada bagian bawah

The Real Tanker

Postingan kali ini gue buat segmented yak, kalo yang ngga paham game Moba mending gausah baca aja oke. daripada ngabisin waktu kalian yang berharga. *wink ------ Gue seorang gamer. Atau harus dibilang pernah jadi seorang gamer. Sekitar beberapa tahun silam, saat gue masih sekolah. Gue ngga mau nyebut tahunnya yah. Pokoknya periode tersebut cukup lama lah. Merupakan sebuah masa dimana gue jadi pemuda yang rajin-rajinnya pergi ke warnet. Demi main game gue harus menyisihkan uang jajan gue yang ngga seberapa pada waktu itu. Tapi gue ngga keberatan sama apa yang gue korbankan demi apa yang gue dapatkan. Sepadan lah. Di warnet yang jaraknya sekitar 1KM dari rumah itulah gue menghabiskan uang jajan yang telah gue kumpulkan. Banyak permainan yang gue mainkan, ada beberapa jenis dan genre. Tapi gue bakal bahas 1 genre aja di post ini. Nama game tersebut adalah DoTA, sebuah game dengan genre MOBA atau Multiplayer Online Battle Arena. Dari kepanjangannya aja udah jelas ya

Insiden Hidup Mati

Seumur-umur, baru hari ini (18 November 2017, Dini hari) gue bisa menyaksikan sendiri detik kematian. Tepat di dekapan gue, di tangan gue, di hadapan mata kepala gue sendiri. Salah satu momen mencengangkan yang ngga bakalan bisa gue lupain. Sebagai pengingat betapa berharganya nyawa seorang manusia yang udah dititipkan oleh Sang Pemilik Seluruh Kehidupan. Rekaman kejadian masih sangat segar saat gue menulis catatan ini, segala yang ada di tempat kejadian perkara tadi bisa terbayang dengan jelas bahkan tanpa gue harus menutup mata. Saat doa terbaca dengan khidmat tanpa perlu gue komandoi, tanpa rencana, semoga-semoga mengucur deras mengisi seluruh ruangan dari setiap insan yang berada disana. Mengerubungi langit-langit. Kehidupan dan kematian berkolaborasi menghadirkan pertunjukan dramatis tanpa skenario yang sukses menyedot perhatian puluhan pasang mata. Jauh, jauh lebih mendebarkan dari yang pernah gue bayangkan.

Rangkai

"Are you one of them? Waiting for something, huh?" Jangan kamu tanya, kamu bukan satu-satunya. Kalau saja semua orang adalah semua orang. Artinya seseorang itu akan jadi seseorang yang lain. Mudah untuk dijalani apabila mereka tau apa kemauan mereka. Tidak akan ada kekacauan jika dia ataupun dia adalah dia. Memuat kalian dalam sebuah tempat yang jika boleh, merupakan kalian. Lalu kesimpulannya aku tidak akan mengungkit lagi, karena aku bukan apa yang aku simpulkan. Sayangnya tidak ada yang melihatnya.

Namamu

Malam ini kau titipkan segaris bayang, proyeksi yang sebatas kerlip tata surya menggantung Tentang sebuah perasaan gusar yang perlahan menjelma Menyulam bait dengan penuh kecemasan Lalu lembaran yang bermuara pada kaki langit Menceritakan, Tangan-tangan tanpa genggam Hiruk pikuk bertalu dan mengeja satu Kali ini biar ku pintaskan rindu yang sibuk menyandera waktu Mau apa lagi dia dari sebentuk tangkai yang tak lagi utuh? Telah terjatuhnya ia ke permukaan pasir hitam Mengerang, Mencari arah angin yang tak kunjung bertemu Saat ini, Terbelahnya bulan menjadi saksi Mengenai kata yang tak lagi pasti

One Missed Call

Pernah suatu waktu di sebuah ruang pada sebuah gedung berlantai 3. Dimana terdapat puluhan manusia berjejalan pada satu tempat yang luasnya tidak lebih dari lapangan basket. Berdesakan dengan kursi dan meja yang diatur sedemikian rupa sehingga memuat mereka pada tiap-tiapnya. Aku bisa melihatnya. Masing-masing dari mereka memiliki puluhan tanda tanya yang bergumpal di kepala. Seperti kenapa, bagaimana, dan sanggup atau tidaknya. Selain itu ada juga ketidakpedulian yang semu yang coba digaungkan segelintir manusia karena mencoba tidak acuh dengan situasi.   Jika keseluruhannya dikolaborasikan, tempat itu jadi punya riuh yang cukup unik, tapi juga hambar. Serangkaian obrolan sporadis yang meletup dari berbagai sudut. Suara yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Percakapan dia dengan temannya lalu aku dan temanku juga temannya dengan dia. Semua samar, pembicaraan repetitif itu selalu pada target yang sama.   Pemandangan di hadapan kita masih kosong, belum ada satupun orang t

The Wall

Waktu dulu, saat gue masih belum paham banget soal kerumitan menjadi manusia. Sewaktu kecil disetiap tahunnya. Gue selalu punya mimpi hebat yang kalo boleh gue bilang selalu berganti tiap September. Semakin muda umur gue semakin liar mimpi gue tentang apapun di dunia ini. Ada beberapa contoh impian yang luar biasa ekstrem yang kalo gue pikirin sekarang tuh bisa bikin ketawa sendiri. Aneh, kenapa gue dulu bisa punya pikiran kesana. Hahaha     Tapi itulah salah satu kenikmatan yang dihasilkan seorang anak kecil. Tanpa memandang sesuatu yang bernama realitas, imaji mereka mampu melewati segala hal. Tidak perlu berunding dengan bagaimana dan seperti apa, tujuan yang mereka gaungkan dengan mudah bisa terpampang. Ketika apa yang mereka inginkan dengan bangga diproklamirkan dihadapan teman, keluarga, mengenai sesuatu yang tidak sanggup dimengerti saat mereka cukup umur kelak.     Apa itu yang namanya sifat polos? Gue yakin iya.

Two Things

" I realize I didn't have that room. I just force-pretending as if I had it, but not."     I should've known that every desires and every pictures of you and I only exist on my head. Things that used to happen all the time. Over and over, and over.

Ms...

Atas nama ketersedianmu menjadi penutur dan pendengar setia   Meski tidak serekat sediakala   Segenap limpahan yang tidak bisa aku uraikan   Karenanya, kuucapkan syukur diam-diam     Bahwa kita dipertemukan bukan hanya sekali Melainkan berjuta kali melalui apapun Kalau saja,   Kalau bisa,