Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Valkyrie

Siapa yang paling kuat yang akan menang, begitu kata mereka yang mengadopsi bunyi hukum rimba. Manusia barbar dari benua biru yang lebih menyukai pedang yang beradu ketimbang tangan yang bersatu. Tapi tak apa, semua itu hal biasa di saat itu. Kekuasaan yang perlu dibayar dengan mahal. Bukan dengan berpeti-peti emas, tapi sesuatu yang terdengar kurang pantas. Ratusan kepala yang ditebas dan ribuan bola mata yang terlepas. Banyaknya pertumpahan darah dan isi kepala yang tercecer di bumi itu membuatmu turun ke dunia. Keindahan yang keji, kalo aku boleh menyebutnya. Sebab pekerjaanmu yang mencekam dan tampak hitam. Memilah roh yang merupakan kehidupan lalu membunuh sisanya. Meskipun bertemankan kematian, parasmu tidak pernah menunjukan kegelisahan. Kebiasaan mengerikan. Biarpun begitu. Penampilanmu selalu mencengangkan. Menaiki pegasus atau unicorn, keduanya sama menakjubkan dan mengindahkanmu lebih lagi. Tunggangan mahal sempurna yang cocok jika harus dipadukan denganmu. Juga de

Sanctuary

“Di dunia ini, tempat seperti apa yang paling kamu inginkan untuk menetap disana?” Aku berpikir keras untuk menemukan jawaban dari pertanyaan yang aku tanyakan sendiri kepada diriku itu. Tempat apa? Apakah tempat menakjubkan semacam kastil megah yang super mewah seperti yang ada di cerita Walt Disney. Dengan puluhan pengurus rumah yang handal, dengan ladang hijau berisi kawanan kijang di sepanjang mata memandang ke pekarangan, dengan dapur yang tampak penuh dan apapun yang kita inginkan tersedia. Tempat dimana kebahagiaan layaknya pasir di gurun sahara. Terlalu banyak kesenangan sampai kita merasa sedih, sedih yang menyelinap perlahan di hamparan kebahagiaan. Semacam itu kah tempat yang aku maksud?   Saat berbicara tentang impian, mau tidak mau dongeng dan imajinasi harus berkolaborasi. Dan aku, yang semasa kecil berteman dengan ratusan buku komik tentu tidak terlalu kesulitan menemukan bayangan tentang lokasi impian yang ingin aku tinggali. Semua semudah menjentikkan jari, t

Turbulensi

Beberapa jam sebelum hari kemarin berakhir gue udah hampir collaps. Dengan sederet kejadian mengejutkan yang gue alamin sedari pagi sampe sore yang bisa bikin migrain. Kejadian berantai, maksud gue. Karena hal itu gue jadi ngga bisa melakukan hal ini. Karena hal ini ngga bisa gue lakukan, hal itu akhirnya ngga jadi. Sesuatu semacam itu, kalian pasti paham lah.   Kebanyakan manusia beruntung di hari kelahirannya, ya gue tau itu opini gue aja. Meskipun cuman opini tapi gue yakin banget, soalnya banyak temen/seseorang yang gue tau. Dari cerita yang gue denger dari mereka, ataupun dari yang gue tau. Hoki mereka seakan berlipat. Dan itu yang jadi patokan gue dalam menilai hari kelahiran. Hari yang beruntung.   Tapi semesta punya rencana lain buat gue. Selalu begitu, Tuhan Maha Mengejutkan.  

Binokular

Biru, lalu abu. Langit pasti setuju jika awan pucat selalu mengganggu. Diluar itu, aku tidak menemukan hal lain yang sanggup merusak langit, selain dirimu tentu. Menjadi salah satu penikmat langit, pada waktu apapun di jam berapapun. Orang semacamku pasti paham, jika awan mendung memegang peranan besar perihal estetika permadani yang menggantung diatas. Jujur saja, aku kurang begitu tertarik dengan sebentuk abu-abu itu. Ia disana dengan angkuh, melenggak di lapisan atmosfir. Dengannya, sedetik biru di langit tampak berlubang. Seumpama pigura berwarna hitam kotor yang diletakkan di dinding besar bercatkan putih. Menyita perhatian. Langit biru sudah sangat indah. Terhampar begitu luas, tanpa batas. Jikapun ada benda lain yang tinggal disana. Sudah ada awan putih yang melengkapi dan cukup pandai berperan sebagai pelengkap. Dan bukan menjadi antagonis seperti saudara jauhnya. Jika bisa, aku pasti meminta kehadiran angin. Untuk memandu sang penjahat ke tempat yang jauh dari pand

Tanah Kelabu

Kali kedua gue menulis tentang satu moment penting berkaitan dengan bangsa Indonesia. Jika tulisan pertama gue rada kurang jelas dan belum membentuk lingkaran sempurna. Yang sekarang ini akan gue usahakan sepenuhnya. Baiklah... 17 Agustus 2015. 70 tahun yang lalu, terjadi salah satu hari paling penting dalam sejarah bangsa ini, maaf bukan hari. Detik. Detik mendebarkan dimana kehormatan negara dipertaruhkan diujung tiang. Detik dimana ribuan asa menggantung di pundak sekumpulan orang yang berdiri di halaman rumah yang beralamat di Jl. Pegangsaan Timur no.56, Jakarta. Mendeklarasikan teks proklamasi dengan khidmat. Satu peristiwa yang dimotori oleh orang-orang yang luar biasa hebat, untuk bangsa yang (sebenarnya) sangat hebat. Indonesia sudah lama merdeka. Ya, 70 tahun umurnya saat ini. Sudah tidak muda tapi juga belum cukup tua. Kita masih melangkah, walaupun lemah. Tetap bergerak, walaupun berat. Asalkan kita tetap membentang, negara ini punya masa depan yang jauh lebi

Malam Belum Berakhir

“Saat langit semakin pekat, kamu dengar? Lalu aku akan menghampirimu disana.” Maaf, sayang. Aku sudah terlebih dahulu berjanji dengan waktu. Tunggulah, lalu akan ku pastikan penantianmu takkan sia-sia. Langkahku gontai menghadapi pagi. Aku memulai dengan menghabiskan beberapa jam meratapi matahari yang tampak tidak adil. Sinarnya yang terlihat semakin angkuh dibanding hari sebelumnya. Ia menyorotkan kilau tajam, melucuti tubuh hidup yang mati. Menyapu gelap dengan perlahan. Mendaratkan kehangatan yang buatku bak minyak mendidih. Menakutkan.

Ingatan Terbaik

Maaf. Pada tulisan yang sangat ngga biasa kali ini. Gue menganjurkan kalian buat melewatkannya. Serius. Karena apa, karena bakal banyak kalimat dan diksi yang mengerikan. Menjijikan mungkin. Dramatisir yang miris. Hiperbolis yang bikin limbung. Luapan hati yang ngga sante. Juga banyak bumbu melankolis yang bertebaran. Intinya, jangan. Tapi kalo lo nekat, yaudah. Dengan senang hati. Silahkan menikmati hidangan penuh kontroversi hati dibawah. Sebelumnya, yang penting gue udah ngingetin. Sebagian dari kalian mungkin bakal sedikit berputar haluan dalam hal penilaian ke gue. Tapi terserah sajalah. Idfc. :3   Ini apa? Ini anomali. Kejadian langka dalam kehidupan gue yang jarang banget gue temuin. Adalah sebuah perasaan yang janggal. Ganjil yang bisa membuat gatal sampai ke kerongkongan. Gatau nih, beberapa hari belakangan

Diluar Hal Biasa

Jika kita gampang terkesan sama orang lain. Terutama sama temen atau sahabat di lingkungan sekitar. Gue berani bilang kalo penyebab hal itu ada 3. Entah standar kesan kita yang kelewat rendah, kita yang dikelilingi sama orang-orang luar biasa yang dengan mudah bisa membuat kita terkesan, atau terakhir. Jika kita bisa melihat lebih dalam. Gue mengalami hal itu. Momen-momen mengesankan dengan intensitas yang cukup sering yang seliweran dengan sangat tidak sopan di kehidupan gue. Tapi ini dalam artian yang positif ya. Bukan mengesankan dalam hal yang negatif. Ciri-ciri momen berkesan buat gue adalah saat gue mendecakkan kata “WAH” dengan panjang 5 harokat dalam hati. Juga saat ngeliat temen gue ngelakuin sesuatu yang bisa bikin gue bilang, “How could you do that?

"I need your help, my 'friend'."

Banyak orang dan beberapa opini mereka yang bikin gue gerah akhir-akhir ini. Alasannya cukup banyak tapi kali ini gue bakal bahas tentang satu hal aja. Diantara semua itu yang paling bikin gue kesel. Gue ngga tau apa lo juga salah satu dari golongan ini atau bukan. Semoga aja bukan ya. Golongan itu adalah mereka yang punya pemikiran ‘aneh’ menurut gue. Dan hasil dari pemikiran mereka itu ditransformasikan jadi sebuah output ucapan yang bunyinya kurang-lebih;   “Teman apaan lo yang cuma dateng ke gue pas lagi butuh doang. Giliran ngga butuh ngilang gitu aja.”   Tanpa perlu prolog panjang lebar. Langsung aja gue kupas pernyataan mereka diatas yang sangat ngeganjel itu, keh!   Gue mungkin satu dari seratus orang yang sangat menentang pernyataan itu. Pernyataan yang kalo boleh gue bilang bersifat

Taman Mini yang Tidak Mini

Jika bukan karena kepalang janji sama Kanzia. Gue kayanya bakal butuh lebih banyak pertimbangan untuk bikin postingan ini. Haha. Baiklah, post khusus kali ini gue bakal bikin beda. Sangat berbeda. Ngga kaya post lainnya, kali ini gue bakal dengan gamblang nyebutin nama-nama orang, tanpa sensor, tanpa nyana, contohnya kaya kalimat pertama di atas. Dan kalo postingan gue biasanya kurang bermanfaat, kali ini gue bakal bikin postingan yang sama sekali ngga bermanfaat. Yaitu Field Report kegiatan hari sabtu kemarin di TMII(Taman Mini Indonesia Indah). Hiwigoh. Di salah satu postingan sebelumnya gue pernah cerita kalo gue adalah salah satu member grup di aplikasi chat, Line. Grup penggemar salah satu klub sepakbola, yaitu Arsenal. Kalo dipikir-pikir grup itu cukup aneh, grup online yang notabene personilnya berjarakkan puluhan sampai ribuan kilometer bisa punya ‘tali’ yang begitu kuat. Kita, udah mengenal satu sama lain, ya walaupun gue ngga tau gimana mereka di kehidupan yang sebenarn

My 'Arsenal'

Jumat tanggal 13. Di tanggal yang sangat spesial ini, gue dedikasikan untuk ngebahas salah satu hal yang paling gue suka di muka bumi. Hal yang begitu kuat dimana ia melekat di dinding paru-paru. Salah satu dari banyak hal yang selalu gue impikan. Mimpi yang ngga mengenal waktu, dan akan terus begitu. Tapi kali ini bukan cewek ya, kalo itu sih udah di post lain. Bukan juga makanan. Yaa walaupun gue orangnya suka makan, tapi mungkin nasi padang bisa menunggu giliran untuk muncul di blog gue. Jadi apa? Gue sebagai lelaki tulen, udah pasti suka sama hal-hal yang berbau fisik. Mulai dari   apapun itu, tanpa terkecuali, salah satunya olahraga fisik. Dan, ada satu cabang olahraga yang dominan di planet ini. Gue juga berani jamin kalo peminatnya adalah 3/4 dari koloni manusia di dunia. Olahraga yang gue rasa ngga mungkin bisa hilang bahkan oleh invasi alien sekalipun. Satu buah titik, yang bisa menyulap seluruh wajah bumi dalam kurun waktu 4 tahun sekali. Udah tau pasti ya. Kalo belu

"Did you get His message?"

Sejatinya, pernyataan bukan satu-satunya cara untuk menyatakan. Dan kebanyakan, pernyataan yang tersirat jauh lebih membuat kita sadar dibanding pernyataan yang tersurat. Maksud gue, banyak hal di dunia ini yang emang tanpa kita sadarin hal itu terjadi, dan itu adalah pelajaran hidup. Pelajaran hidup yang selalu muncul dalam hidup kita. Sampe sini gue rasa lo semua bakal setuju. Pelajaran tambahan itu kita dapet dari berbagai sumber disekitar. Contohnya kaya pengalaman, lingkungan, pergaulan, sudut pandang orang lain, bahkan benda mati sekalipun. Nah, dari banyaknya media pelajaran yang hilir-mudik setiap hari di depan kita. Pernah ngga sih kita sadar? Semua itu ada ngga terjadi gitu aja. Yup, selalu ada alasan dari setiap hal, bahkan hal terkecil sekalipun. Gue sangat percaya. Apa yang terjadi, kenapa itu terjadi, bagaimana itu terjadi. Seluruh partikel kejadian berurutan yang setiap hari kita laluin, kita hadapin. Entah partikel itu bermuatan netral, positif, bahkan negat

Friday 13th

Horror, mungkin itu kata pertama yang keluar saat ngeliat tanggal 13 yang jatuh pada hari Jumat. Harus gue akuin, gue juga kadang mikir gitu sih. Friday 13th atau Jumat tanggal 13 udah jadi satu tanggal keramat buat kebanyakan masyarakat. Apalagi buat mereka yang maniak film horror. Kalo ada yang nanyain angka sial, gue berani taruhan angka 13 adalah angka yang pertama muncul di pikiran lo. Bener kan? Angka 13 udah jadi satu ikon kuat yang melambangkan kesialan, misteri, hantu, tumbal, atau apapun yang berhubungan sama dunia mistis. 13 adalah angka yang dihindari. Bahkan di Cina, dari yang gue tau, di berbagai gedung pencakar langit disana ngga ada yang namanya lantai 13. Dari lantai 12 langsung ke lantai 14. Tapi kayanya bukan cuma di Cina deh. Dan walaupun itu takhayul yang harusnya bisa dengan mudah tergerus oleh modernisasi jaman urban kaya sekarang. Tapi anehnya masih banyak orang di dunia ini yang cukup kolot buat percaya. Dari berbagai artikel atau hal

Polaris : Ekuator

" Sometimes we have just to let go of someone who matters to us not because we want to, but because we have to, and it's the right things to do. We just can't force anyone to love us. We cannot beg someone to stay when she wants to leave and be with someone else. This is what live is all about. However, the end of love is not the end of life. It should be the beginning of understanding that love lives for a reason and leaves with a lesson. And guess what? Many people can make you happy in your life. There are so many out there. Some do it by walking into your life. Some do it by walking out. " Gue ngga tau kenapa, tapi paragraf pembuka di atas tiba-tiba aja muncul di otak gue. Jadilah gue taro disitu walaupun sama sekali ngga ada hubungannya sama analogi bintang yang mau gue bahas. Yep, kali ini salah satu bintang akan jadi bintang di postingan ini. Gue suka belajar astronomi, menurut gue astronomi adalah salah satu ilmu yang keren. Pemicu dari kalimat

Beat Yourself.

Heloow~ Kemarin, tepatnya hari minggu gue abis ada pertemuan sama temen di komunitas gue. Wait... Komunitas? Iya buat yang belum tau, gue jadi salah satu volunteer di komunitas hijau di kota gue. Apa itu volunteer? Volunteer adalah sukarelawan, dia yang punya dedikasi terhadap suatu hal apapun itu dan mau mengerjakannya dengan sukarela tanpa   pamrih. Dia yang mau meluangkan waktu, tenaga, materi untuk kegiatan dengan ikhlas. Yaa, ehm, kaya gue gini. Cukup pengertian tentang volunteer, nanti gue dikira sombong lagi. Yang mau gue bahas disini adalah apa yang gue lakuin bareng mereka, maksud gue yang akan. Jadi kemarin itu kita ngebahas agenda untuk 3 bulan mendatang, Aksi apa aja yang bakal kita adakan untuk memperingati beberapa hari lingkungan kedepan. Seperti biasa, saat rapat berlangsung gue bersikap pasif. Gue emang kurang jago urusan ngomong dan jadi pusat perhatian di forum resmi kaya gitu. Tapi jangan salah ya, kalo disuruh ngomong depan gebetan sih gue u

2015 Could be...

New Year, New Wish, New Me! Paragraf pertama di post pertama gue tahun ini gue dedikasikan buat mencurahkan belasungkawa sedalam-dalamnya. Duka cita gue untuk mengikhlaskan beberapa resolusi tahun 2014 yang belum bisa terealisasi. Semoga mereka pergi dengan tenang, gue udah berusaha semaksimal mungkin tapi, yah...perjuangan gue masih jauh dari kata cukup untuk mereka. Hiks. Buat yang baca post gue dari awal pasti tau kalo awal tahun kemarin gue udah post tentang resolusi 2014 yang gue rahasiakan. Alesan kenapa ngga gue publish sih karena gue kurang percaya sama kemampuan diri gue sendiri. Jujur. Gue orangnya ngga mau dibilang banyak omong atau cuman teoritis semata. Jadi mending gue bertarung dulu sama kenyataan, kalo udah keliatan hasil dari perjuangan itu nanti bakalan gue post disini keberhasilan resolusi gue. Tapi Allah masih belum mengizinkan gue untuk sombong, dan itu artinya gue gagal mencapai harapan sederhana di tahun 2014 kemarin. Kalo dibilang kecewa