Langsung ke konten utama

Postingan

Selenophile

Baiklah. 10 Agustus 2021 "Sepertinya memang sudah waktunya." Terbersit kata-kata itu di benakku sepulang dari kediaman Bapak Sekdes, awalnya aku kira kalimat itu hanya sekedar pemikiran yang spontan dan biasa. Seperti saat aku memikirkan bagaimana bisa seorang temanku sering datang terlambat padahal rumahnya dekat atau saat aku berencana meminta camilan di meja seorang rekan kerja untuk meredam lapar di sore hari . Aku melihat itu hanya pikiran biasa dan tidak memiliki arti apapun. Sore itu dalam perjalanan pulang berlatarkan matahari yang menggantung dan terus turun ke arah barat bumi. Sinarnya melemah seiring menit berlalu, aku merasakan waktu sangat cepat menyeret gelap muncul yang dimulai dari timur langit merembet perlahan memenuhi angkasa. Cahaya meredup sayup-sayup. Saat pertama aku tanpa sadar merapal harap agar gelap tidak menampakkan dirinya terlebih dahulu dan bisa menunggu lebih lama lagi, aku ingin lebih lama lagi, tolonglah.  Sebuah doa klise yang tidak mungkin
Postingan terbaru

Pertama yang Terakhir

Aku sering mengatakan padamu bahwa selalu ada yang pertama kali dalam hidup kita, apapun itu entah dalam melakukan atau merasakan. Dan selayaknya pertama tentu erat dengan kesalahan dan kepayahan. Tidak perduli seberapa banyak teori yang sudah kita hapal, sesekali keadaan tidak melulu persis seperti apa yang kita baca. Banyak variabel menggantung mengenai apa dan apa yang hadir diluar prediksi kita. Hal normal dan biasa. Lalu kesalahan yang kita alami pada percobaan pertama menuntun kita pada pembekalan pendewasaan untuk menghadapi hal semacam itu lagi dan lagi pada kemudian hari. “Ini pertama kali buat aku, jadi maaf kalo aku tidak tau harus seperti apa.” Aku mendengarnya sembari memicingkan mata sedikit ke arah atas. Mencoba menggapai sedikit ingatan saat aku berada di posisimu sekarang. Sedikit saja, jangan terlalu banyak. Sungguh aku tidak bermaksud mengingat subjeknya, yang aku lihat hanya objek saat itu. Perasaanku sendiri. Semua tampak lebih mudah saat aku menjal

Men'debit' Kalian Pada Waktu

      Kalau dipikir-pikir, terhitung 3 hari ke depan maka akan genap 1 tahun aku berada jauh dari kota kelahiran. Getir manis tentang semuanya sudah berlalu-lalang baik berurutan maupun serampangan. Mencoba memantaskan diri pada pentas kehidupan baru memang bukan perkara main-main. Awalnya sulit, membaca setiap guratan seseorang hanya dari luar dan menerka siapa siapa yang sedang berhadapan dengan kita. Sebelumnya aku pernah melakukannya di tempat lain, tapi kali ini keadaan jauh berbeda. Semua terasa lebih ‘jauh’ disini. Ditambah lagi aku tidak begitu mahir perihal seni berkamuflase, jadilah aku melewatinya dengan mengamati terlebih dahulu lalu bertindak menyesuaikan. Berhasil atau tidaknya, aku masih belum tau, setidaknya untuk sekarang.      Tapi yasudahlah, bukan bagian sana yang ingin aku ulas pada unggahan kali ini. Melainkan sesuatu yang lebih emosional(mungkin).       4 bulan lalu tepatnya September 2018, satu dari sekian banyak doa yang telah mengangkasa akhirnya

Nandemonaiya

Jumat, 7 September 2018 Sedikit gundah sesaat setelah menerima agenda tambahan berupa penambahan waktu kerja tepat sebelum absen pulang. Bukan tidak sanggup, hanya menyesalkan nasib dari film yang sudah aku download hari itu. Sebagian dari mereka sudah aku beri jadwal putar di malam hari, tapi kenyataan memang seperti itu. Tanpa rencana dan tidak terduga pada beberapa kesempatan. Yasudahlah mau dikata apa lagi, atasan sudah menurunkan titah.   Komando bersifat mutlak, setidaknya untuk sekarang ini. Tapi kalau saja minggu depan intruksi ini muncul lagi, aku sudah bilang tidak janji bisa memenuhi. Pekerjaanku cukup mudah, hanya menjalankan fungsi pengawasan ke beberapa orang. Melihat mereka bekerja, mencatat sedikit banyak hal terkait pekerjaan. Mulai dari waktu pengerjaan juga hambatan. Tidak capek, tapi menguras waktu. Sebagai informasi tambahan, sebelumnya aku pernah bekerja lembur juga seperti saat ini. Waktu mulainya pun sama yaitu dari jam pulang. Perbedannya hanya p

Endless

"Sure. You will, you will." Some says it would be very difficult, even myself so. But hard doesn't mean impossible, is it? First you strive on it, then you fall, and get hurt after all. This things are important to make the iron heart. We all know that. You might get your own wound, and scar that never be erased. The pain you suffer will stick on your step wherever you are going to be. And the sorrow in your deepest heart always tell something reverse on your mind. They ask you to givin' up, to surrender. But you wont.

Distorsi Parsial

"Bagaimana?" Sebuah tanya terlempar dari mulut Perempuan yang sedang berdiri di depanku. "Ketika semuanya sudah bereaksi maksudmu? Kalau begitu biar aku jelaskan terlebih dahulu. Mengenai falsafah, makna asas, dan apa yang melatarbelakanginya." Satu helaan nafas panjang, lalu aku mulai merapalkan jawaban yang dia pinta. "Setuju atau tidak, aku berteori bahwa setiap dari seseorang selalu mempunyai seseorangnya masing-masing. Berkaca dari hakikat kita sebagai makhluk sosial dan kebutuhan diri dari masing-masing individu yang aku yakini semua orang bisa sepakat. Entah seseorang itu hidup pada dunia nyata, dunia fiksi, dunia mimpi. atau dunia lainnya. Manusia selalu punya seminimalnya satu orang sebagai pegangan dalam kehidupan ini. Tidak mesti hidup, matipun bukan persoalan. Selama ikatan yang dimiliki terus terjalin dengan sempurna. Tidak melulu harus tetap pada satu, berganti-ganti merupakan hal wajar jika kiranya sudah tidak ada lagi yang bisa dipert

Evlipse

Selepas menonton salah satu film paling sensasional di tahun 2018 beberapa hari lalu aku sepakat untuk menambahkan satu tempat lagi sebelum mengarah pulang. Tuntutan hawa malam yang cukup dingin dan keadaan perut yang ramai memaksa diriku untuk mencari sesuatu untuk bisa dijejalkan ke dalam. Dan yaa, rumah makan merupakan solusi paling manjur saat itu. Jalanan sepi, memang sudah agak larut. Di Kota ini sulit untuk menemukan penjual makanan pada jam 22.30 di pertengahan minggu. Banyak ruko dengan spanduk bergambar makanan sudah tertutup rapat. Ada beberapa tenda penjaja nasi goreng, pecel lele dan pecel ayam, tapi malam itu aku sedang tidak ingin makan nasi. Jadilah aku urung mampir ke lapak mereka. Setelah agak lama menyusuri jalan secara perlahan guna mengantisipasi pedagang di kiri kanan jalan. Tepat sebelum kendaraan ini sampai tempat berpulang beberapa puluh meter lagi. Secercah harapan samar-samar nampak berkilauan dari kejauhan. Di depan terlihat penjual bakso bandung yan

88/90

Friksi menjadi berarti bagi sejumput rumput kering dan sebongkah kecil batu demi memercikan sedikit. Hanya sedikit untuk dapat membakar habis seluruh apapun yang berada disana.

87/90

Belum berani menyaksikan rintik pertama bersama. Ketakutanku beralasan. Karena jika rintik kedua dan seterusnya kembali, pastilah semua hanya mengisahkan tentang rintik pertama.

86/90

Entah harus mengingkari seluruh diksi yang telah tertuang penuh pada lembar-lembar keterbatasan, atau menciderai arti dari pemahaman yang telah mengakar sedemikian.

85/90

Lukisan sempurna yang telah disana dalam kurun waktu yang lama, hingga sekarang menanti penyempurnanya. Menunggu dengan sabar sampai saatnya ia datang nanti.

84/90

"Untuk apa?" Pukul 1 larut malam, sahabatku melempar pertanyaan disela keseriusannya dalam menghabiskan Frappucino. Juga, setiap kali seseorang bertanya seperti itu. Segera langsung aku jawab tanpa perlu pertimbangan dan pemikiran panjang. "Tentu saja, untukku."

83/90

Terdiam untuk waktu yang cukup lama sembari menatap lekat singgasana tempat kalian bersandar dalam bahagia. Mencoba memahami segala yang tengah berlangsung. Patah hati paling unik yang baru ini aku rasakan.

79/90

Sorot yang kita kenal kini mengira bahwasanya titik nadir sudah tidak begitu jauh di depan. Sembari menanti sederetan kompulsi yang direncanakan melebur jadi satu. Karena meracau pada sisa harinya perkara prasasti yang bertuliskan namanya pun tidak akan mengubah apapun.

78/90

Pembahasan menarik dari ragam opini memperkaya cara pandang dan memperluas sudut pandang. Selalu menyenangkan bertemu dengan seseorang yang teguh pada idealismenya. Secara lisan dan kenyataan.

76/90

I don't care if I know Just where I will go 'Cause all that I need is this crazy feeling A rat-tat-tat of my heart  Think I want it to stay   - City of Stars

75/90

Wajah dari waktu yang senantiasa berubah seharusnya membuat kita mengantisipasi satu hal. Kefanaan. Apa yang sedang terjadi saat ini, tidak akan tetap seperti itu. Pun apa yang tidak terjadi sekarang, kita tidak pernah tau bagaimana bila esok sesuatu itu datang.

74/90

Menyoal tentang hening yang menyusup ke dalam keramaian. Seorang berteori bahwa tidaklah mustahil keadaan itu dimana setiap air yang kau miliki dituangkan pada layar pucat berlapiskan minyak. Kau butuh pemersatu yang berasal dari tempat itu.

73/90

Keresahan paling minimal minggu ini disebabkan karena mencoba menerka apa yang seseorang pikirkan saat memutuskan berhenti mengikuti salah satu akun media sosial kita. Tidak penting, tapi tetap mengganjal.

72/90

Bertumpu pada tungkai sedari fajar mengintip hingga gulita mengangkasa, terekam jelas pada hari-harinya sepasang lengan yang tak henti menunjuk ke langit. Rahwana berkata lembut, "Mendamba Shinta belum pernah seperih ini sebelumnya."

71/90

Terhadap keseluruhan cerita yang telah digariskan, semoga satu nama yang selalu kita semogakan benar-benar bisa bersinggungan disana. Mungkin bukan sekarang, mungkin bukan kemarin. Boleh saja nanti, atau di kehidupan selanjutnya.

68/90

Kelak semuanya akan beranggapan bahwa, tidak apa menjadi bukan siapa-siapa. Saat dihadapkan dengan seseorang yang menerima semua itu dengan hati terbuka.

67/90

Kenapa bisa dirimu menata sebuah sapa hingga bisa bepergian sendiri menuju tempat yang dituju, kalau bukan karena andil sebuah perasaan. Meluruskan pertanda selama riuh masih terus disana.

65/90

Seperti terburu-buru melambaikan bendera putih. Padahal jika ditelisik, keberadaan seorang pemerhati pada ketidakabadiaan belum bisa kau perhitungkan lebih jauh. Baik-baik sebagai penggembira disana, setitik belum terlupa sampai akar itu tercabut sempurna.

Caption Rizki

" Jangan terlalu serius Ki, belum tentu jadi kan ? Coba liat banyak yang bertahun-tahun memadu kasih tapi kandas sebelum sampai tujuan ." Ucapku disela obrolan via telpon pada malam hari tanggal 17 Februari 2018 kemarin . Sedikit saran dari ku untuk kelanjutan kisahmu yang sudah lama ingin aku dengar . Sedari kita masih satu seragam dulu sampai sekarang baru ini aku mendapati b ahwa telah ada perempuan beruntung tempat kau menambatkan pilihan .   Lalu satu bulan setelahnya kabar itu tiba , rencana sekali seumur hidup yang jadi prioritas beberapa orang itu akhirnya aku dengar . Sedikit sedih , banyak bahagianya . Lebih banyak kagetnya sih . Masih banyak pertanyaan dan pembahasan yang harus kita bicarakan nanti , tapi aku simpan dulu semua itu pada hari yang sakral ini . Tidak ada yang lebih aku inginkan hari ini selain kebahagiaan kalian. Dimulai dari hari ini sampa

64/90

Siapa sangka yang paling akhir mendapatkan tiket malah lebih dahulu menantang penghulu. Setiap jengkal takdir memang unik, pun sudah aku ikrarkan berkali-kali kalo Tuhan memang Maha Mengejutkan. Selanjutnya siapa? Kalau aku sudah pasti urutan terakhir. Maaf.

62/90

And you can't fight the tears that ain't coming  Or the moment of truth in your lies  When everything feels like the movies  Yeah you bleed just to know your alive - Iris

61/90

Jejaka melempar sauh ke batang pohon yang dilaluinya tepat sebelum sekoci yang ia naiki sedari hulu karam. Sekoci bernama idealisme itu tidak tahan lagi dengan arus deras pada sungai kehidupan. Sekarang ia berjalan tanpa alas, menyusuri dengan perlahan segala medan pada jalur tanpa batas.

60/90

Segaris tipis berupa tertanda darimu memenuhi seluruh ufuk barat dengan rona. Menjemput swastamita paling indah sejagat di cakrawala. Lanskap sempurna yang seolah berkata, sejauh apapun raga mengelana, percaya saja kita masih disana.

59/90

Setelah hampir 10 tahun, atau 9 tahun tepatnya, senyum itu ternyata masih semanis yang aku ingat. Tidak berubah barang sedikit pun. Senang bisa dipertemukan kembali.

58/90

Upaya paling tegas dalam menghalau serangkaian distorsi adalah mematikan elemen merepotkan yang berawal dari keadaan dan keberadaan. Mereka menyebutnya ... Umm ...

57/90

Seorang masokis penggiat rasa yang mengiris. Tidak laik kau hidup dalam benang-benang seumpama tangis, karena kau menikmati setiap getir pahitnya berburu peluh selagi melihat realitas yang telah habis. Masokis yang terhormat, hilang hatimu dalam ketiadaan dan akhirnya tamat. Merayakan berulang-ulang pesta kematian sebuah dongeng perkara tangan yang tak pernah kunjung. Belikat yang tak jua melekat. Inginmu sepotong harap diantara teriknya fana? Menengadahkan jemari tiap sepertiga malam, melucuti takdir dengan kata semenjana. Sepanjang yang kau ucap, sama sekali berarti nihil. Tengah apa dirimu saat ini? Selain mencoba membakar ranting di dasar laut, atau menimba sumur untuk mengisi sungai?

53/90

I feel sorry for my friends, because I'm talking too much in every circumstances and conditions. Sometimes I wish I'm not such a person like that. ::oo

52/90

Hujan, terik matahari, aspal lapangan yang keras, malam yang gelap dan dingin, angin pada waktu matahari mulai tenggelam, ruang kelas yang lembab. Mereka segelintir yang menyaksikan keberadaan kita. Pertemanan yang tidak mengenal apapun, dan tidak perduli apapun. Kekesalanku hanya karena kau mendukung tim merah dari Manchester itu. Tapi tidak apa, satu kesalahanmu yang itu agaknya masih sanggup aku terima. Semoga lekas sembuh dan kembali, melihatmu seperti itu menghancurkan seluruh haru yang tidak pernah tertuang. Maaf belum bisa ada disana untukmu, Kawanku. Jangan sampai, aku bilang jangan sampai kau sampai.

51/90

''If you really like a girl, it is impossible to see her marry to another guy and still bless them. But I am wrong. In fact, when you really like a girl, you’d be happy for her. When you see her finding her Mr. Right, you will want them to be together and to live happily ever after.'' Ko Ching Teng, from the memorable one You Are The Apple of My Eye.

50/90

Sedari dulu aku tidak akan memohon untuk diringankan segala yang ada di pundak, melainkan meminta untuk diberikan semua yang dibutuhkan untuk terus menopangnya.

47/90

Itu merupakan pilihanmu untuk tidak melihat pilihan lain. Jangan bertindak seolah-olah bumi membencimu jika pada kenyataannya kamu yang membenci dirimu sendiri.

46/90

Tuhan menciptakan konsep berupa waktu agar setiap dari kita tidak perlu terburu-buru. Jangan terlalu lekas, kau bisa terjatuh. Juga jangan terlalu lama, karena kau akan tertinggal. Setelahnya, terdapat dua hadiah yang menunggumu. Entah itu pencapaian, atau penyesalan.

44/90

Setiap detailnya telah aku persiapkan dengan seksama. Semuanya sempurna, terkecuali satu.   Maafku, tapi ruangan ini tidak akan selesai pada waktu yang sudah kau tentukan.

42/90

I know these will all be stories someday. And our pictures will become old photographs. We'll all become somebody's mom or dad. But right now these moments are not stories. This is happening. I am here and I am looking at her. And she is so beautiful. I can see it.  This one moment when you know you're not a sad story. You are alive, and you stand up and see the lights on the buildings and everything that makes you wonder. And you're listening to that song and that drive with the people you love the most in this world. And in this moment I swear, we are infinite. - The Perks of Being a Wallflower

38/90

I have more reason to become despicable, or cruel, or vicious human, or hater for everything. But in the end, I'd rather to become sweet, kind person and lover. Thank to me, and me again.

35/90

Unable to perceive the shape of you I find you all around me Your presence fills my eyes with your love It humbles my heart, For you are everywhere - The Shape of Water

33/90

Lilin kecil menyala di sebuah ruangan besar yang gelap Sempoyongan ia dihajar angin dari bermacam penjuru Separuh nyawanya telah ia habiskan disana Menyisakan lelehan putus asa yang menggenang.  Menunggu lenyap dilahap takdirnya sendiri Sendirian, Kesepian

32/90

Langit Februari terus terlihat muram, menampakkan kelabunya sepanjang hari. Meneteskan kesedihan seakan tau keresahan sebuah ranting yang mendambakan kuncup bunga pertama pada musim penghujan.

29/90

Ketidaktahuan menjadi sesuatu yang menarik. Beberapa orang yang tidak tahu memang sepenuhnya tidak tahu. Beberapa lainnya tidak tahu karena memilih untuk tidak tahu. Beberapa lagi tidak tahu karena mereka telah tahu, dan berpura-pura tidak tahu.

27/90

Terus berusaha jadi seseorang yang layak untuk siapapun kelak. Semoga semoga yang tak ada habisnya, hari ini dialamatkan kepadamu seorang. Stay shining bright on the darkest night, as you always be. Godbless!

24/90

Sampai hari ini tiap kali melihat atau mendengar perempuan menangis. Lututku langsung melupakan tugasnya menopang tubuh, pikiranku langsung kalang kabut mencari solusi, dan hati ini? Seburuk-buruknya sebuah perasaan. Ia mengerang, meronta, meringis. Karena genangan air pada mata itu. Jadi tolong, jangan menangis lagi.

20/90

Selamat tinggal, kota penuh kenang. Tidak akan selamanya kalau kau bertanya.  Semua ini hanya tentang raga, nafasku masih disana. Menyatu dengan tanah, menyerap pada udara. Sampai nanti, kembali.

16/90

El Niño Maravilla Thanks a lot, as I said. For always gave 100% when you wear Arsenal shirt. You were a great player without no doubt. Its quite hard to accepted that youre no longer here and play for the Manchester team instead. Good luck there.

15/90

Kau sebut abadi saat ia menghampiri dan memberi tiap tangkai bunga yang kau rangkai menjadi sebuah karangan paling cantik. Tapi tak dinyana ia juga yang membakar habis seluruhnya. Menyisakan abu untuk kau sesapi. Berbesar hatilah menerimanya, Sayang. Kamu lebih berharga dari apapun yang sanggup ia persembahkan.

14/90

Man, it's been a long night Just sitting here, trying not to look back Still looking at the road we never drove on And wondering if the one I chose is the right one - Sad by Maroon 5 (Modified)

12/90

Sebuah dinding di ujung jalan terlihat sepi dan dingin. Ia menolak disewakan karena tahu paku dan cat itu hanya akan melukainya. Jadi ia menunggu, untuk rubuh dimakan usia.

8/90

Beruntung kamu masih bisa sakit. Orang-orang sengaja diberi sakit agar lebih menghargai saat sehat. Setelah ini, kamu harus lebih sering mengingat hal tersebut.

5/90

Untukmu, jangan menjawab apa yang tidak pernah ditanyakan. Dan jangan bertanya apa yang tidak bisa terjawab. Karena titik tidak selalu soal pemberhentian, dan tanya tidak selalu tentang persinggahan.

4/90

"It's over and done but the heartache lives on inside." - Emotion by The Bee Gees Sepenggal lirik untuk mengingat seseorang yang pergi namun belum benar-benar pergi.

1/90

"I lost, until I found you. The dazzling light on the night. My sparkling star in the darkest sky. I ask you for the sake of the Universe, can we just, start it?"

Goblin, Ahjussi Tanpa Kejelasan

Postingan ini adalah bentuk perayaan karena gue telah menonton seluruh episode serial terbitan Korea Selatan dengan judul Goblin. Masuknya review atau ulasan sih emang, tapi sekaligus merayakan lah. Kenapa perlu dirayakan? Karena serial yang satu ini berbeda dari selera gue dalam hal menonton. Baru pertama ini gue nonton drama Korea Selatan. Dengan genre drama romansa dan diisi oleh pemeran yang luar biasa mulus wajahnya. Sungguh keputusan gue untuk menonton ini sangat patut diapresiasi. 16 episode dengan masing-masing berdurasi kurang lebih 80 menit, dan gue melahap habis itu semua. Keren kan?   Kalo diliat dari waktu rilis sampai tamatnya, emang bisa dibilang gue terlambat nonton serial yang teramat hype di kalangan remaja ini. Pas serial ini berlangsung hampir seluruh pelosok sosmed gue berisikan screenshot atau berita dari para pelaku drama ini.  Ngga apa terlambat setahun lah ya, toh gue bukan salah satu yang fanatik sama drama ini dan sejenisnya.   Pada bagian bawah

The Real Tanker

Postingan kali ini gue buat segmented yak, kalo yang ngga paham game Moba mending gausah baca aja oke. daripada ngabisin waktu kalian yang berharga. *wink ------ Gue seorang gamer. Atau harus dibilang pernah jadi seorang gamer. Sekitar beberapa tahun silam, saat gue masih sekolah. Gue ngga mau nyebut tahunnya yah. Pokoknya periode tersebut cukup lama lah. Merupakan sebuah masa dimana gue jadi pemuda yang rajin-rajinnya pergi ke warnet. Demi main game gue harus menyisihkan uang jajan gue yang ngga seberapa pada waktu itu. Tapi gue ngga keberatan sama apa yang gue korbankan demi apa yang gue dapatkan. Sepadan lah. Di warnet yang jaraknya sekitar 1KM dari rumah itulah gue menghabiskan uang jajan yang telah gue kumpulkan. Banyak permainan yang gue mainkan, ada beberapa jenis dan genre. Tapi gue bakal bahas 1 genre aja di post ini. Nama game tersebut adalah DoTA, sebuah game dengan genre MOBA atau Multiplayer Online Battle Arena. Dari kepanjangannya aja udah jelas ya

Insiden Hidup Mati

Seumur-umur, baru hari ini (18 November 2017, Dini hari) gue bisa menyaksikan sendiri detik kematian. Tepat di dekapan gue, di tangan gue, di hadapan mata kepala gue sendiri. Salah satu momen mencengangkan yang ngga bakalan bisa gue lupain. Sebagai pengingat betapa berharganya nyawa seorang manusia yang udah dititipkan oleh Sang Pemilik Seluruh Kehidupan. Rekaman kejadian masih sangat segar saat gue menulis catatan ini, segala yang ada di tempat kejadian perkara tadi bisa terbayang dengan jelas bahkan tanpa gue harus menutup mata. Saat doa terbaca dengan khidmat tanpa perlu gue komandoi, tanpa rencana, semoga-semoga mengucur deras mengisi seluruh ruangan dari setiap insan yang berada disana. Mengerubungi langit-langit. Kehidupan dan kematian berkolaborasi menghadirkan pertunjukan dramatis tanpa skenario yang sukses menyedot perhatian puluhan pasang mata. Jauh, jauh lebih mendebarkan dari yang pernah gue bayangkan.

Rangkai

"Are you one of them? Waiting for something, huh?" Jangan kamu tanya, kamu bukan satu-satunya. Kalau saja semua orang adalah semua orang. Artinya seseorang itu akan jadi seseorang yang lain. Mudah untuk dijalani apabila mereka tau apa kemauan mereka. Tidak akan ada kekacauan jika dia ataupun dia adalah dia. Memuat kalian dalam sebuah tempat yang jika boleh, merupakan kalian. Lalu kesimpulannya aku tidak akan mengungkit lagi, karena aku bukan apa yang aku simpulkan. Sayangnya tidak ada yang melihatnya.

Namamu

Malam ini kau titipkan segaris bayang, proyeksi yang sebatas kerlip tata surya menggantung Tentang sebuah perasaan gusar yang perlahan menjelma Menyulam bait dengan penuh kecemasan Lalu lembaran yang bermuara pada kaki langit Menceritakan, Tangan-tangan tanpa genggam Hiruk pikuk bertalu dan mengeja satu Kali ini biar ku pintaskan rindu yang sibuk menyandera waktu Mau apa lagi dia dari sebentuk tangkai yang tak lagi utuh? Telah terjatuhnya ia ke permukaan pasir hitam Mengerang, Mencari arah angin yang tak kunjung bertemu Saat ini, Terbelahnya bulan menjadi saksi Mengenai kata yang tak lagi pasti

One Missed Call

Pernah suatu waktu di sebuah ruang pada sebuah gedung berlantai 3. Dimana terdapat puluhan manusia berjejalan pada satu tempat yang luasnya tidak lebih dari lapangan basket. Berdesakan dengan kursi dan meja yang diatur sedemikian rupa sehingga memuat mereka pada tiap-tiapnya. Aku bisa melihatnya. Masing-masing dari mereka memiliki puluhan tanda tanya yang bergumpal di kepala. Seperti kenapa, bagaimana, dan sanggup atau tidaknya. Selain itu ada juga ketidakpedulian yang semu yang coba digaungkan segelintir manusia karena mencoba tidak acuh dengan situasi.   Jika keseluruhannya dikolaborasikan, tempat itu jadi punya riuh yang cukup unik, tapi juga hambar. Serangkaian obrolan sporadis yang meletup dari berbagai sudut. Suara yang belum pernah kita dengar sebelumnya. Percakapan dia dengan temannya lalu aku dan temanku juga temannya dengan dia. Semua samar, pembicaraan repetitif itu selalu pada target yang sama.   Pemandangan di hadapan kita masih kosong, belum ada satupun orang t

The Wall

Waktu dulu, saat gue masih belum paham banget soal kerumitan menjadi manusia. Sewaktu kecil disetiap tahunnya. Gue selalu punya mimpi hebat yang kalo boleh gue bilang selalu berganti tiap September. Semakin muda umur gue semakin liar mimpi gue tentang apapun di dunia ini. Ada beberapa contoh impian yang luar biasa ekstrem yang kalo gue pikirin sekarang tuh bisa bikin ketawa sendiri. Aneh, kenapa gue dulu bisa punya pikiran kesana. Hahaha     Tapi itulah salah satu kenikmatan yang dihasilkan seorang anak kecil. Tanpa memandang sesuatu yang bernama realitas, imaji mereka mampu melewati segala hal. Tidak perlu berunding dengan bagaimana dan seperti apa, tujuan yang mereka gaungkan dengan mudah bisa terpampang. Ketika apa yang mereka inginkan dengan bangga diproklamirkan dihadapan teman, keluarga, mengenai sesuatu yang tidak sanggup dimengerti saat mereka cukup umur kelak.     Apa itu yang namanya sifat polos? Gue yakin iya.

Two Things

" I realize I didn't have that room. I just force-pretending as if I had it, but not."     I should've known that every desires and every pictures of you and I only exist on my head. Things that used to happen all the time. Over and over, and over.

Ms...

Atas nama ketersedianmu menjadi penutur dan pendengar setia   Meski tidak serekat sediakala   Segenap limpahan yang tidak bisa aku uraikan   Karenanya, kuucapkan syukur diam-diam     Bahwa kita dipertemukan bukan hanya sekali Melainkan berjuta kali melalui apapun Kalau saja,   Kalau bisa,      

Aurora Borealis

Sengaja gue tulis satu hari sebelumnya guna menghindari intervensi dari pihak luar atau pesan sponsor tambahan yang takutnya bakal gue tulis disini. Haha Beberapa bulan kebelakang dan kedepan ini gue sibuk memilah-milah berbagai kesibukan, kemauan, dan keharusan berdasarkan skala prioritas. Tidak boleh ini, harus itu supaya itu. Pokoknya banyak deh. Ironisnya skala itu setiap tahunnya semakin bertambah panjang, merenggang ke kiri dan kanan. Dampaknya gue jadi blingsatan sendiri buat mengatur segalanya. Setiap waktunya, mulai dari bangun sampai bangun lagi. Sepresisi mungkin. Sisi positif dari hal melelahkan itu adalah gue seneng karena gue bisa menjaga bara antusiasme itu tetap menyala. Yg tadinya redup, sekarang sudah menemukan hembusannya kembali.